Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jelang Kenaikan Suku Bunga The Fed, Pasar Saham Asia Merosot

Pasar saham di Asia melorot jelang pengumuman kenaikan suku bunga The Fed atau Federal Funds Rate (FFR).
Gedung Federal Reserve Marriner S. Eccles di Washington, D.C., AS, Mingg (10/4/2022). Bloomberg/ Tom Brenner
Gedung Federal Reserve Marriner S. Eccles di Washington, D.C., AS, Mingg (10/4/2022). Bloomberg/ Tom Brenner

Bisnis.com, JAKARTA – Pasar saham Asia jatuh setelah bursa Amerika Serikat (AS) turun dan imbal hasil treasury bertahan di dekat level tertinggi multi-tahun. Hal ini terjadi seiring pengumuman kenaikan suku bunga Federal Reserve (The Fed) atau Federal Funds Rate (FFR). 

Bahkan, pasar saham di Jepang, Hong Kong dan Australia anjlok setelah Indeks S&P 500 turun lebih dari 10 persen di bawah tertinggi pada bulan Agustus yang menandai puncak reli dari terendah tahun ini.

Dilansir dari Bloomberg pada Rabu (21/9/2022), imbal hasil treasury dua tahun ini mundur dari hampir 4 persen, karena para pedagang mempertimbangkan risiko pengetatan moneter akan mendorong ekonomi ke dalam resesi.

Bank of Japan mengumumkan operasi pembelian obligasi yang tidak terjadwal berusaha untuk membatasi tekanan ke atas pada imbal hasil sebelum keputusan kebijakan The Fed. 

Naik turunnya dolar AS di perdagangan mendekati mendekati rekor tertinggi di tengah kegelisahan pasar. Sementara itu, Bitcoin meonjak di level US$19.000. Mata uang Yuan jatuh pada level terendah terhadap greenback sejak pertengahan 2020. Bahkan setelah People's Bank of China menetapkan kurs referensi harian untuk mata uang yang lebih kuat dari perkiraan untuk hari ke-20.

Analis pasar keuangan senior City Index Fiona Cincotta mengungkapkan investor perlu berhati-hati dalam kondisi saat ini. 

"Sedikit yang ingin mengambil posisi besar sebelum mendengar apa yang dikatakan Fed dan pembuat kebijakan melihat suku bunga akan naik pada akhir siklus kenaikan," jelasnya, seperti dikutip Bloomberg, Rabu (21/9/2022). 

Selain itu, ketua Roubini Macro Associates juga memprediksi resesi panjang dan buruk bisa terjadi pada akhir tahun 2022, bahkan berlangsung sepanjang tahun 2023 dan koreksi tajam pada indeks S&P 500.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper