Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BTN (BBTN) Terus Pacu Penyaluran Kredit Perumahan Pada Tahun 2023

BTN meyakini permintaan rumah akan terus ada meski saat ini kondisi ekonomi dan daya beli tengah tertekan akibat kenaikan harga BBM dan inflasi yang tinggi.
Pekerja beraktivitas di proyek pembangunan perumahan subdisi di kawasan Ciseeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (15/1/2022). Bisnis/Arief Hermawan P
Pekerja beraktivitas di proyek pembangunan perumahan subdisi di kawasan Ciseeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (15/1/2022). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Tabungan Negara (BTN) Tbk menargetkan pertumbuhan kredit perseroan di sektor perumahan tahun 2023 akan melebihi dari target di tahun ini.

Hingga semester I tahun ini, penyaluran kredit perumahan emiten berkode BBTN ini memberikan sumbangsih terbesar yaitu senilai Rp251,9 triliun dari total perolehan kredit BTN secara keseluruhan mencapai Rp286,1 triliun.

Adapun, komposisi Kredit Pemilikan Rumah (KPR) subsidi masih sekitar 62 persen dan sisanya 38 persen adalah KPR komersial atau non subsidi.

Pada semester I tahun 2022, penyaluran KPR Subsidi mendominasi sebesar Rp137,2 triliun atau tumbuh 8,68 persen dari periode sebelumnya yaitu Rp126,2 triliun. Lalu sisanya, KPR non subsidi atau komersial yang senilai Rp114,7 triliun.

Direktur Utama BTN Haru Koesmahargyo mengatakan hingga akhir tahun ini, perseroan menargetkan pertumbuhan kredit bisa mencapai 9 persen. Di semester I tahun 2022, pertumbuhan kredit BTN mencapai 7 persen.

Menurutnya, apabila kondisi ekonomi membaik, pandemi Covid dapat dituntaskan dan inflasi ditekan, maka diyakini penyaluran kredit di tahun depan akan bertumbuh di atas 9 persen.

“2023 kalau ekonomi membaik, Covid tuntas, inflasi ditekan, pertumbuhan kredit akan lebih tinggi dari saat ini sekitar 9 persen akhir tahun kalau kondisi lebih baik lagi di atas 9 persen,” ujarnya dalam konferensi pers, Kamis (15/9/2022).

Memang tak dipungkiri saat ini juga banyak tantangan yang dihadapi seperti peningkatan inflasi, kenaikan suku bunga Bank Indonesia (BI) dan normalisasi kebijakan giro wajib minimum (GWM).

Meskipun Bank Indonesia telah mengumumkan kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 3,75 persen, namun BTN tak serta merta menaikkan suku bunga pinjamannya.

Pasalnya, jika melihat likuiditas dan persaingan pasar saat ini, suku bunga pinjaman ini masih bisa ditransmisikan tanpa harus menaikkan besarannya.

Namun tak menutup kemungkinan kenaikan suku bunga acuan akan ditransmisikan bank ke bunga dana dan selanjutnya ditransmisikan suku bunga kredit termasuk KPR.

Secara umum bunga kredit akan naik ke depan. Hingga saat ini, BTN belum menaikkan bunga KPR. Bahkan, perseroan masih memberikan beberapa keringanan dengan program promo. 

“Dalam beberapa bulan ke depan, perseroan akan melakukan evaluasi terkait suku bunga kredit dengan memperhatikan kondisi kondisi likuiditas dan persaingan di pasar,” katanya.

Menurutnya, naik tidaknya suku bunga memang bisa mempengaruhi permintaan KPR.

Namun, pengaruhnya tidak besar selama daya beli masyarakat ada dan tidak terganggu. 

Haru meyakini permintaan rumah akan terus ada meski saat ini kondisi ekonomi dan daya beli tengah tertekan akibat kenaikan harga BBM dan inflasi yang tinggi.

Keyakinan akan tingginya minat pembelian rumah ini juga dikarenakan berdasarkan angka Susenas BPS masih terjadi backlog mencapai 12,75 juta unit rumah.

“Tidak semua kebutuhan rumah menjadi permintaan. Meskipun backlog tinggi, ketika ditanya mau beli rumah apa tidak, ini belum naik stage dari kebutuhan menjadi permintaan. Memang perlu dinaikkan upaya agar permintaan rumah ini besar, dengan memberikan sejumlah insentif seperti penambahan kuota FLPP dan dimudahkan proses pembelian rumah. Kalau dilihat saat ini memang minat KPR subsidi naik 12 persen yoy,” tutur Haru.

Wakil Direktur Utama Bank BTN Nixon LP Napitupulu menambahkan realisasi penyaluran kredit subsidi dengan skema Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) hingga Agustus tahun ini telah mencapai 91.790 unit rumah termasuk syariah.

Dia meyakini hingga akhir tahun ini penyaluran kredit subsidi BTN meningkat dua kali lipat menjadi sekitar 160.000 unit hingga 170.000 unit. Hal ini dikarenakan akad kredit yang dilakukan pada semester kedua ini akan lebih banyak dari semester I kemarin.

“Kami masih expect hingga akhir tahun ini bisa capai 160.000 unit hingga 170.000 unit hingga akhir tahun baik melalui skema FLPP, BP2BT, maupun KPR Tapera. Itu masuk dalam kredit program,” ucapnya.

Tahun depan, pihaknya mengapresiasi rencana tambahan kuota FLPP sebanyak 20.000 unit menjadi 220.000 unit.

Pihaknya optimistis penyerapan FLPP di tahun depan akan meningkat seiring masih banyaknya angka backlog hunian.

Terlebih, kapasitas BTN rerata dapat menyalurkan kredit KPR subsidi sekitar 180.000 unit hingga 200.000 unit per tahun.

“Kami juga pasti dorong penyaluran FLPP tahun depan akan naik. Pelebaran pembiayaan konstruksinya sudah kami lakukan mulai tahun ini sehingga tahun depan absorsi penambahan 20.000 unit itu dapat diserap dengan baik. Kami melihat, tahun depan masih ada lagi KPR Tapera juga dinaikkan enggak hanya FLPP,” terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Yanita Petriella

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper