Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) akan melaporkan kinerja ekspor Indonesia pada Agustus hari ini, Kamis (15/9/2022). Sebelumnya, BPS melaporkan kinerja ekspor Indonesia pada Juli 2022 turun dari bulan sebelumnya.
Data BPS menunjukkan nilai ekspor pada Juli 2022 sebesar US$25,27 miliar atau turun 2,20 persen month to month (mtm) dibandingkan Juni 2022 yang sebesar US$26,15 miliar.
Ekonom Celios Bhima Yudhistira mengatakan untuk bulan ini pun neraca perdagangan Indonesia akan mengalami penurunan. Pasalnya, beberapa komoditas andalan Indonesia harganya cenderung turun, sebut saja minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO), batu bara, dan nikel.
Dia pun meminta pemerintah mereformulasi strategi perdagangan luar negeri di tengah tren penurunan harga komoditas andalan ekspor Indonesia tersebut.
Beberapa produk Tanah Air yang dapat dijadikan alternatif ekspor seperti produk otomotif atau spare part. “Komoditas yang menunjang perdagangan selama ini seperti batu bara dan CPO ini harga mulai turun. Kita perlu mereformulasi strategi misalnya ekspor ke negara-negara nontradisional. Tapi yang harus diperhatikan adalah produk ekspor apa yang berdaya saing,” ujar Bhima saat dihubungi, Kamis (15/9/2022).
Neraca perdagangan Indonesia selama semester I-2022 berhasil mencapai US$ 24,89 miliar, naik sebesar 110,22 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Capaian positif ini disebabkan oleh durian runtuh dari lonjakan harga komoditas internasional dalam beberapa tahun terakhir. Khususnya pada ekspor andalan Indonesia seperti batu bara, bauksit, nikel, tembaga hingga minyak kelapa sawit.
Namun, Menteri Keuangan Sri Mulyani sendiri memperkirakan apabila kini rata-rata harga batu bara US$ 224 per ton, maka ke depan diperkirakan harganya akan turun ke bawah US$ 200 per ton. Komoditas ekspor andalan Indonesia yang diperkirakan alami penurunan adalah CPO, yang akan turun ke bawah US$1.000 per ton.
“Ini merupakan warning sebenarnya dari surplus perdagangan selama ini. Kita perlu mereformulasi strategi misalnya ekspor ke negara-negara non tradisional,” tutur Bhima.
Sebelumnya, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede juga memperkirakan nilai ekspor pada Agustus 2022 akan mencapai US$24,9 miliar, meningkat sebesar 16,09 persen secara tahunan, lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 32 persen secara tahunan.
“Perlambatan laju ekspor dipengaruhi oleh potensi penurunan volume ekspor terindikasi dari penurunan aktivitas manufaktur [PMI Manufaktur] dari mitra dagang utama Indonesia seperti Amerika Serikat, Eropa, China dan Jepang,” katanya, Rabu (14/9/2022).
Di samping itu, Josua mengatakan harga komoditas ekspor Indonesia secara rata-rata pada Agustus mencatatkan penurunan, seperti batu bara sebesar 0,84 persen, karet alam 6,44 persen, bijih besi 2,47 persen secara bulanan.