Bisnis.com, AMBON- Terminal Petikemas Ambon mengeklaim siap untuk ikut mengatasi masalah rendahnya muatan balik kapal dari arah timur ke barat, seperti yang terjadi pada Tol Laut. Caranya, yakni dengan menjadikan TPK Ambon sebagai hub khususnya untuk kawasan Indonesia Timur.
General Manager (GM) TPK Ambon I Nengah Suryana Jendra mengungkap bahwa pelabuhan yang dekat dengan perairan Laut Banda itu terus bertransformasi agar bisa meningkatkan kapasitas pelayanan peti kemas.
Saat ini, TPK Ambon memiliki kapasitas 250.000 sampai dengan 300.000 twenty-foot equivalent per units (TEUs) dan kecepatan bongkar muat peti kemas 26 hingga 36 box ship per hour (BSH). Oleh sebab itu, I Nengah percaya diri bahwa pelabuhan tersebut bisa mengoptimalkan muatan balik kapal yang bertolak dari timur ke barat.
"Jadi konsolidasi muatan dari Merauke, Timika, Tual dan lain-lain bisa dilakukan di sini. Kalau sudah konsolidasi muatan di sini, nanti ke arah barat akan ada muatan balik. Minimal freight-nya [turun], karena sekarang tinggi akibat muatan balik itu kosong," jelasnya kepada Tim Jelajah Pelabuhan Bisnis Indonesia, Selasa (13/9/2022).
Contohnya, pelayaran kapal kontainer rute Surabaya-Ambon-Surabaya mahal karena disebabkan oleh muatan balik dari arah timur yang minim sampai dengan tidak ada.
Saat ini, lanjut I Nengah, kapal-kapal yang digunakan untuk mengangkut barang dari arah timur ke barat, misalnya Surabaya, menggunakan kapal-kapal kecil karena minimnya muatan yang diangkut. Alhasil, biaya yang dikeluarkan tidak efisien.
Oleh sebab itu, TPK Ambon tengah bersiap untuk bisa mengambil peran sebagai hub barang-barang dari timur yang akan dibawa ke barat. Harapannya, barang-barang tersebut bisa dikonsolidasikan terlebih dahulu di pelabuhan tersebut dan ketika sudah banyak, bisa dibawa oleh kapal yang lebih besar sehingga efisien dari sisi biaya angkut.
"Jangan baru dua box kirim. Tiga box kirim. Kenapa tidak dikonsolidasikan di Ambon dulu. Pelabuhan besar gini tidak ada muatan jadinya mubazir," ujarnya.
Adapun setelah bertransformasi, TPK Ambon bisa melayani hingga 300.000 TEUs kendati realisasinya masih sekitar 100.000 TEUs atau 30 persen. Rata-rata kecepatan bongkar muat peti kemas juga naik dari rata-raat 15 box ship per hour (BSH) menjadi rata-raat 26 hingga 36 BSH.
Hal tersebut juga tidak lepas dari fasilitas yang kini sudah tersedia seperti dua unit container crane (CC), lima unit RTG, FL 32 ton, dan dua unit reach stacker. Sebelumnya, pada 2017, kegiatan bongkatr muat dilakukan dengan ship crane dan luffing crane.
Di sisi lain, TPK Ambon kini telah difasilitasi dengan control room yang bisa memantau secara real time produktivitas terminal dan jadwal sandar kapal.
"Dulu masih dipandang sebelah mata. Underestimate sama timur. Tapi setelah dicoba di 2019 ternyata bisa juga," kata I Nengah.