Jelajah Pelabuhan 2022: KSOP Tanjung Emas Dukung Pelindo Pangkas Biaya Logistik

Bisnis.com, SEMARANG - Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas pelabuhan (KSOP) Kelas I Tanjung Emas mendukung penuh upaya PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo untuk menurunkan beban biaya logistik.

Kepala KSOP Kelas I Tanjung Emas Weku Frederick Karuntu mengatakan sebagai regulator, pihaknya tentu akan mendukung upaya operator seperti Pelindo yang terus mengembangkan inovasi layanan untuk mengefiensi layanan sehingga dapat memangkas biaya logistik.

"Contohnya dengan pelayanan booking sistem secara online. Yang saya dengar selama ini itu akan diberlakukan ke terminal peti kemas," kata Weku kepada Tim Jelajah Pelabuhan 2022, Kamis (8/9/2022).

Menurutnya, inovasi itu tujuannya adalah mempermudah para pengguna jasa melakukan kegiatan bertransaksi dan menentukan jadwal operasional.

Pengguna jasa, sambung dia, dapat menentukan sendiri jadwal kedatangannya. Dengan begitu, mereka juga bisa menghindari terjadi penumpukan di pelabuhan.

"Kami sebagai regulator harus meng-approve sistem yang kita nilai akhirnya akan mempermudah pelayanan, tetapi kalau kita lihat sistem tersebut mempersulit ya kita stop dulu," ujarnya.

Lebih lanjut dia optimistis inovasi layanan yang dilakukan operator pelabuhan akan dapat membantu menurunkan biaya logistik karena pengguna jasa sudah jelas jadwal kapan mereka harus bergerak atau datang.

Dia meyakini dengan adanya digitalisasi sejumlah layanan, khususnya seperti booking sistem, pengguna jasa bisa mengetahui kapan akan masuk di dermaga, ketersediaan tempat penumpukan mana yang siap digunakan untuk menurunkan muatannya sementara, dan lainnya.

Sementara itu, pasca merger Pelindo pada 1 Oktober 2021, Pelabuhan Tanjung Emas yang berlokasi di Semarang, Jawa Tengah ini terus berupaya meningkatkan layanan di pelabuhan khususnya dalam rangka menurunkan beban biaya logistik.

General Manager Pelabuhan Tanjung Emas Hardianto mengatakan penurunan biaya logistik merupakan salah satu tujuan dari merger Pelindo. Pasalnya, hingga saat ini beban biaya logistik masih cukup tinggi di Indonesia.