Bisnis.com, JAKARTA — Tekanan inflasi diperkirakan meningkat tinggi sejalan dengan penyesuaian harga BBM oleh pemerintah.
Sebagaimana diketahui, pemerintah menyesuaikan harga Pertalite dari Rp7.650 per liter menjadi Rp10.000 per liter. harga Solar subsidi juga disesuaikan dari Rp5.150 per liter menjadi Rp6.800 per liter.
Sementara itu, harga Pertamax disesuaikan dari sebelumnya Rp12.500 per liter menjadi Rp14.500 per liter.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan berdasarkan perhitungannya, kenaikan harga BBM akan menambah tingkat inflasi sebesar 1,9 persen.
Sementara itu, tingkat inflasi hingga akhir tahun diperkirakan mencapai kisaran 6,6 hingga 6,8 persen, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan proyeksi pemerintah sebelumnya pada tingkat 4,8 persen.
“Kita sudah berhasil menjaga pasokan bahan makanan, kita jaga dengan Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah, sehingga kita akan berusaha jaga inflasinya tidak terlalu tinggi. kisarannya 6,6 hingga 6,8 persen,” katanya usai rapat kerja bersama dengan Komisi XI DPR RI, Senin (5/9/2022).
Baca Juga
Pada Agustus 2022, Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan bahwa terjadi deflasi pada Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 0,21 persen secara bulanan (month-to-month/mtm).
Sementara secara tahunan, inflasi pada periode tersebut tercatat sebesar 4,69 persen (year-on-year/yoy), lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 4,94 persen yoy.
Berdasarkan komponennya, inflasi pada harga bergejolak (volatile food) tercatat sebesar 8,93 persen, lebih rendah dari bulan sebelumnya 11,47 persen yoy.
Di sisi lain, inflasi pada komponen harga yang diatur pemerintah (administered prices) mencapai 6,84 persen yoy, lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang mencapai 6,51 persen yoy.
“Akhir tahun berusaha akan tetap dijaga dengan kombinasi semua, bahan pangan dipastikan selalu ada, dijaga distribusinya, harapannya masih bisa dibawah 7 persen di akhir tahun,”katanya.
Sebelumnya, Kepala BPS Margo Yuwono menyampaikan bahwa kenaikan harga inflasi administered prices hingga Agustus 2022 terus menunjukkan tren peningkatan dan perlu diwaspadai ke depan.
Dia mengatakan inflasi pada komponen ini perlu terus diwaspadai, terutama dengan adanya kenaikan harga BBM. Pasalnya, kenaikan harga BBM akan berdampak pada kenaikan harga komoditas lainnya sehingga dapat mendorong kenaikan inflasi umum.