Bisnis.com, JAKARTA - Meski 2022 baru memasuki kuartal ketiga, pemerintah telah memulai ancang-ancang mengkaji besaran target investasi pada 2023. Disebut-sebut, eksekutif membidik angka lebih besar dari target tahun ini yang mencapai Rp1.200 triliun.
Pada tahun ini, pemerintah mengharapkan adanya peningkatan nilai investasi 33,3 persen dibandingkan dengan tahun lalu senilai Rp900 triliun. Target ini memperkirakan adanya aliran investasi dari agenda penting G20 di Bali pada November 2022.
Target investasi ini menjadi salah satu berita pilihan yang diulas secara komprehensif di Bisnisindonesia.id. Selain itu, beberapa isu lainnya ikut diangkat seperti ANTM dan INCO berebut tuah Tesla, asa Waskita kokohkan fundamental bisnis, daya saing Terminal Kijing hingga uji coba uang digital Australia dan Thailand.
1. Menghitung Target Investasi 2023, Mampukah Bahlil Mencapainya?
Kementerian Investasi memang belum menyebutkan target investasi pada tahun depan. Namun berkaca pada dua tahun terakhir, bisa saja Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia membidik kenaikan sama seperti tahun ini.
Jika target kenaikan diproyeksi mencapai 33,3 persen, maka nilai investasi yang bakal dikejar pada 2023 berada pada kisaran Rp1.600 triliun. Meski begitu, sejauh ini belum ada informasi tambahan soal besaran kenaikan target investasi pada 2023.
“Untuk 2023 Presiden memberikan target lebih besar dari sekarang, lebih dari Rp1.200 triliun, angkanya berapa kami lagi kaji,” kata Bahlil.
Sementara itu, berdasarkan data BKPM, pada kuartal I/2022 terkumpul investasi senilai Rp282,4 triliun. Realisasi investasi kuartal II/2022 mencapai Rp302,2 triliun. Dengan begitu, jumlah nilai investasi dari kuartal I dan kuartal II tahun 2022 atau periode Januari hingga Juni 2022 mencapai Rp 584.6 triliun.
Angka tersebut setara dengan 48,72 persen dari target Rp1.200 triliun untuk keseluruhan 2022. Akankah target investasi tahun ini tercapai sesuai rencana?
2. ANTM & INCO Berebut Tuah Tesla Beli Nikel RI, Saham Ngegas?
Tesla, perusahaan otomotif raksasa Amerika Serikat telah meneken kontrak pembelian produk nikel dari 2 perusahaan Indonesia. Kesepakatan tersebut dapat menjadi suntikan katalis terhadap pasar saham, atau beberapa emiten produsen nikel di Tanah Air.
Emiten tambang nikel balapan untuk menangkap potensi dari perkembangan bisnis kendaraan listrik. Tidak heran jika PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) dan PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) bak kejar-kejaran kolaborasi dengan perusahaan asing untuk bangun fasilitas menambah produksi nikelnya.
Pemerintah menyebut nilai salah satu kontrak tersebut mencapai US$5 miliar atau setara Rp74,5 triliun. Adapun kontrak pembelian nikel dimaksud untuk membuat lithium battery yang akan digunakan untuk mobil Tesla. Nantinya, pembangunan proyek bakal berfokus di Morowali, Sulawesi Tengah.
Selain Tesla, Foxconn dan Ford juga dikabarkan mulai berinvestasi di Indonesia. Ford misalnya, berencana menggelontorkan investasi US$2,5 miliar atau senilai Rp37,1 triliun di Tanah Air. Sejauh mana investasi ini akan direalisasikan oleh para raksasa tersebut?.
3. Asa WSBP Kokohkan Fundamental Bisnis Mulai Berbuah
Emiten anggota Grup Waskita, PT Waskita Beton Precast Tbk. telah berhasil membalikkan posisi neraca keuangannya pada paruh pertama tahun ini menjadi positif dari kondisi ekuitas negatif pada akhir tahun lalu. Apakah ini menjadi sinyal pemulihan bisnis perseroan?
Berdasarkan laporan keuangan untuk periode 30 Juni 2022 yang tidak diaudit, emiten dengan kode saham WSBP tersebut melaporkan posisi ekuitas senilai Rp2,5 triliun, padahal akhir tahun 2021 lalu perseroan masih tercatat ekuitas negatif atau defisiensi modal senilai Rp2,9 triliun.
Selama ini, saham WSBP mendapatkan tiga notasi khusus sekaligus dari Bursa Efek Indonesia (BEI), yakni E, M, dan X. Kondisi ini menyebabkan saham perseroan masih disuspensi atau dihentikan perdagangannya oleh BEI hingga saat ini. Hari ini, Selasa (9/8), saham WSBP masih beku di level Rp95.
Notasi E mencerminkan bahwa perseroan masih mencatat ekuitas negatif, sedangkan M berarti perseroan berada dalam status penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU). Selanjutnya, notasi X berarti saham perseroan sedang berada dalam pemantauan khusus.
Satu demi satu, persoalan di tubuh WSBP mulai terurai akhir-akhir ini. Perseroan sudah berhasil lolos dari jerat pailit dalam sidang PKPU Juni 2022 lalu. Para kreditur perseroan menyetujui proposal perdamaian yang ditawarkan perseroan, sehingga status PKPU pun dicabut. Bagaimana WSBP mengokohkan fundamental bisnisnya?
4. Daya Saing Baru Kalimantan di Terminal Kijing
Upaya peningkatan daya saing pelabuhan di Kalimantan Barat mulai terlihat, ditandai dengan diresmikannya Pelabuhan Terminal Kijing di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat.
Kijing menjadi terminal terbesar di Pulau Kalimantan dengan kapasitas hingga 1,95 juta TEUs container dan 28 juta ton barang. Meski begitu, saat ini baru digunakan untuk 500.000 TEUs kontainer dan 8 juta ton muatan.
Keberadaan terminal baru ini memiliki nilai strategis bagi pemerataan dan akselerasi pertumbuhan ekonomi di daerah dan nasional. Sebab, kapasitas bongkar muat barang dari dan ke Kalimantan khusus Kalimantan Barat bakal berlangsung lebih optimal.
Proyek Strategis Nasional bernilai investasi Rp2,9 triliun ini mulai dikerjakan pada 2015 dan selesai pada Mei 2022. Presiden Joko Widodo bahkan mengaku kaget saat melihat wajah Terminal Kijing Pelabuhan Pontianak yang banyak mengalami perubahan dibandingkan dengan pada saat ground breaking beberapa tahun lalu. Sejauh mana Terminal Kijing menopang logistik dari dan ke Kalimantan nantinya?
5. Australia dan Thailand Susul Uji Coba Uang Digital
Adopsi mata uang digital bank sentral atau Central Bank Digital Currency (CBDC) semakin meluas seiring dengan banyaknya bank sentral di dunia mulai menguji coba penggunaannya untuk meningkatkan transaksi lintas batas.
Bank sentral di Thailand dan Australia akan melakukan uji coba potensi CBDC, mengikuti langkah bank sentral lainnya, seperti di China, Nigeria, Bahama, dan lainnya. Bank of Thailand (BOT) berencana menguji coba mata uang digital bank sentral (CBDC) melalui pilot project pada akhir tahun ini.
Seperti dilaporkan Bisnis.com yang mengutip Bloomberg pada Selasa (9/8/2022), BOT belum memiliki rencana untuk menerbitkan CBDC ritel, katanya dalam sebuah pernyataan.
Bank sentral menjelaskan bahwa penerbitan tersebut memerlukan pertimbangan menyeluruh tentang manfaat dan risiko terkait dengan sistem keuangan. Uji coba ini merupakan bagian dari studi untuk menilai kesesuaian teknologi dan desain. Selain itu, uji coba akan dilakukan dalam skala terbatas dan melibatkan peserta terpilih.
Proyek BOT akan menilai baik efisiensi dan keamanan sistem, termasuk desain teknologi dan program. Fase pengujian ini akan mengadopsi teknologi yang dikembangkan oleh perusahaan jasa pencetakan uang kertas dan kartu pintar asal Jerman, Giesecke+Devrient. Rencananya, pengujian akan dimulai pada akhir tahun dan berlangsung hingga pertengahan 2023.