Bisnis.com, PALEMBANG – PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri) Palembang mulai mencari alternatif pasokan gas dari produsen lain seiring kurangnya pemenuhan suplai gas dari pemasok utama untuk pabrik pupuk tersebut.
Direktur Utama PT Pusri Palembang, Tri Wahyudi Saleh, mengatakan beberapa pemasok gas tidak berkomitmen dalam merealisasikan suplai sesuai perjanjian jual beli gas (PJBG).
“Kita tahu bahwa gas bumi merupakan bahan baku utama dalam pembuatan pupuk, dan benar kendala bahan baku ini dialami Pusri,” katanya saat ditemui Bisnis, baru-baru ini.
Tri memaparkan bahwa kendala itu merupakan dampak dari tren pasokan gas bumi yang disalurkan produsen pada tahun ini, di mana realisasi pasokan sebanyak 165 MMSCFD. Sementara, kebutuhan produsen pupuk pelat merah itu mencapai 180 MMSCFD.
Dia melanjutkan perusahaan telah berkoordinasi secara intensif dengan para produsen gas tersebut. Termasuk pula dengan Satuan Kerja Khusus Minyak dan Gas (SKK Migas) dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Menurut Tri, kurangnya suplai itu lantaran terdapat masalah teknis peralatan dari produsen gas yang bekerja sama dengan Pusri Palembang.
“Kami sudah koordinasi dengan pihak terkait untuk mengatasi hal tersebut, termasuk juga mencari alternatif uncomitted gas dari produsen lainnya,” ujarnya.
Dia mengemukakan bahwa tren penurunan pasokan gas bumi dari produsen itu terjadi setelah efektifnya Keputusan Menteri ESDM Nomor 134 K tentang pengguna dan harga gas bumi tertentu di bidang industri. Dalam beleid itu, kata dia, harga jual gas senilai US$6 per MMBTU.
Meski terkendala bahan baku gas, Tri memastikan bahwa produksi pupuk di pabrik Pusri masih sesuai harapan, bahkan di atas target Semester I/2022.
“Kinerja masih positif dengan pencapaian di atas target. Tentunya sebagai produsen, kami memastikan ketersedian stok ada untuk memenuhi kebutuhan petani dan mendukung ketahanan pangan nasional,” paparnya.
Adapun sampai dengan Juni 2022, produksi pabrik Pusri mencapai total 1,95 juta ton atau sebesar 103 persen dari target semester I. Produksi itu terdiri dari, 1,03 juta ton urea dan 193.352 ton NPK. Selain itu perusahaan juga dan 732.126 ton amonia.
Tri melanjutkan Pusri juga telah menyalurkan pupuk bersubsidi (public service obligation/PSO) yang ditugaskan dari pemerintah.
“Penyalurannya pun di atas target, yaitu sebanyak 1,02 juta ton atau 115 persen dari target semester I,” ujarnya.
Sementara untuk penjualan komersil baik pupuk dan non pupuk juga melampaui target, yaitu sebesar 151 persen dari target semester I.