Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Keuangan RI Sri Mulyani memprediksi perekonomian dunia akan kembali terguncang dengan adanya ketegangan antara China vs Taiwan, yang dipicu oleh kedatangan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taiwan minggu lalu.
Dia menilai konflik China vs Taiwan yang memanas menambah masalah ekonomi yang sebelumnya sudah ada akibat pandemi Covid-19 dan perang Rusia vs Ukraina.
"Perang Rusia-Ukraina tidak hanya berdampak terhadap kedua negara saja, namun juga ke seluruh dunia lantaran Rusia dan Ukraina merupakan produsen dari berbagai komoditas yang penting," ujarnya dalam acara Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) 2022 Universitas Indonesia, Senin (8/8/2022).
Baca Juga
Sri Mulyani menambahkan dalam konflik geopolitik tersebut instrumen ekonomi menjadi instrumen perang. Contohnya sanksi ekonomi yang dijatuhkan negara-negara Barat ke Rusia. Sanksi tersebut, kata dia, tentu saja tidak hanya memberikan dampak dari sisi militer, tetapi dari sisi ekonomi dan keuangan negara.
Belum selesai dengan konflik kedua negara, Sri Mulyani mengingatkan konflik yang berpotensi muncul. Kepada mahasiswa baru UI, dia mengatakan konflik kali ini berasal dari China dan Taiwan yang dipicu oleh kehadiran Nancy Pelosi ke Taiwan.
Ekonom jebolan Fakultas Ekonomi UI tersebut menilai eskalasi yang luas biasa kemungkinan dapat memberikan dampak, tak hanya dari sisi keamanan namun juga dari sisi politik dan ekonomi.
"Dengan dunia memiliki geopolitik yang luar biasa besar, maka seluruh dunia merasa tidak aman," imbuhnya.
Ketidakamanan tersebut, menurut dia dapat mengancam hubungan antar negara yang selama tiga dekade di bawah asumsi bahwa dunia akan saling berhubungan baik dari sisi perdagangan, investasi, lalu lintas manusia, lalu lintas modal, lalu lintas barang, dan lalu lintas informasi.
Kondisi geopolitik saat ini yang penuh dengan potensi perang dan kompetisi, kata dia, pada akhirnya memicu banyak negara mencari hal-hal yang dapat meningkatkan ketahanan dari perekonomiannya masing-masing.
"Artinya proteksionisme kemungkinan akan semakin besar, blok akan semakin menguat. Hubungan investasi perdagangan tidak lagi berdasarkan kepada flow of goods dan capital serta manusia yang bebas namun sudah diperhitungkan dari sisi aspek geopolitik," ungkapnya.
Oleh karena itu, Sri Mulyani mengatakan Indonesia sebagai salah satu negara dari 20 negara dengan perekonomian terbesar tidak boleh tidak paham terhadap konteks geopolitik yang berubah saat ini.