Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan minyak bumi BP Plc menaikkan rasio dividennya dan memacu buyback (pembelian kembali) saham ke laju tercepat setelah laba melonjak pada kuartal II/2022.
Dilansir dari Bloomberg pada Selasa (2/8/2022), industri minyak dan gas meningkatkan pengembalian kepada pemegang saham saat mencatat peningkatan laba, bahkan ketika krisis energi yang dipicu oleh invasi Rusia ke Ukraina mengancam ekonomi global.
BP memperkirakan harga minyak dan gas alam, serta margin penyulingan, tetap tinggi pada kuartal ketiga karena hambatan pasokan Rusia sehingga persediaan yang relatif rendah dan kapasitas cadangan berkurang.
Chief Executive Officer (CEO) BP Bernard Looney mengatakan kinerja hari ini menunjukkan bahwa BP terus mencatatkan kinerja positif saat bertransformasi.
“Perusahaan menyediakan minyak dan gas yang menjadi sumber daya kebutuhan dunia saat ini, sedangkan pada saat yang sama berinvestasi untuk mempercepat transisi energi,” ungkap Looney seperti dikutip Bloomberg, Selasa (2/8/2022).
Perusahaan yang berbasis di London berencana mengalokasikan US$3,5 miliar untuk buyback saham selama tiga bulan ke depan. Pada semester I/2022, BP telah melakukan buyback senilai US$3,8 miliar. BP juga menaikkan rasio dividennya sebesar 10 persen.
Baca Juga
Setelah kabar tersebut beredar, saham BP langsung naik 4,1 persen menjadi 408,6 pence sterling pada 08:01 waktu London.
Kabar buyback saham BP mencuat di tengah kenaikan harga minyak yang mengerek laba bersih BP kuartal II/2022 sebesar US$8,45 miliar, tertinggi sejak 2008 dan bahkan mengalahkan estimasi analis tertinggi.
Ini tidak hanya didorong oleh harga minyak mentah dan gas alam yang tinggi, kilang-kilang perusahaan memperoleh margin yang kuat dan pedagang minyaknya memberikan kinerja yang luar biasa.
Dividen ditingkatkan menjadi 6 sen per saham, peningkatan dari komitmen sebelumnya untuk meningkatkan pembayaran sekitar 4 persen per tahun hingga 2025. Utang bersih turun menjadi $22,82 miliar pada akhir periode. Angka ini turun dari $32,7 miliar tahun lalu.
Laba tinggi sektor minyak datang pada saat yang sulit secara politis bagi industri yang diduga mengambil untung dari dampak agresi Presiden Rusia Vladimir Putin, namun gagal berinvestasi dalam pengeboran baru.
Bersamaan dengan laporan pendapatannya, BP menerbitkan daftar ekstensif investasi yang dilakukan di Inggris, dengan kenaikan biaya energi telah menjadi isu politik yang panas serta industri minyak dan gas Laut Utara telah terkena pajak tak terduga.
Dengan meningkatnya kekhawatiran mengenai resesi, ada spekulasi bahwa kuartal II/2022 bisa berakhir menandai titik tertinggi untuk Big Oil atau perusahaan minyak besar tahun ini.