Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inflasi Juli 2022 Lampaui Target Pemerintah, Pengusaha Bersiap Efisiensi

Menghadapi inflasi, Wakil Ketua III Kadin Shinta Widjaja Kamdani menyampaikan pengusaha akan fokus pada menjaga kestabilan usaha di sisa tahun ini.
Shinta Kamdani. Bisnis/Nurul Hidayat
Shinta Kamdani. Bisnis/Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA – Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia melihat kondisi perekonomian saat ini membuat pengusaha mengambil jalan untuk memastikan kinerja usahanya tetap stabil, meski inflasi dalam negeri terus meningkat.

Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan inflasi pada Juli 2022 tercatat sebesar 4,94 persen year on year (yoy), atau menjadi yang tertinggi sejak 2015 dan berada di atas sasaran target pemerintah sebesar 3,5-4,5 persen.

Naiknya inflasi Juli disebabkan oleh kenaikan pada komponen harga bergejolak (volatile food), khususnya terkait makanan, minuman, dan tembakau. Selain itu juga transportasi dan peralatan, perlengkapan, serta pemeliharaan rutin rumah tangga. Komoditas utama penyumbang inflasi adalah cabai merah, minyak goreng, bawang merah, dan rokok kretek filter.

Wakil Ketua III Kadin Shinta Widjaja Kamdani menyampaikan bahwa pengusaha akan fokus pada menjaga kestabilan usaha di sisa tahun ini.

"Yang jelas di Q3-Q4 pelaku usaha akan melakukan evaluasi kinerja ke arah peningkatan efisiensi beban usaha & control cashflow [khususnya ketersediaan valas] untuk memastikan kinerja usaha tetap stabil & tidak terganggu meskipun tantangan inflasi, pelemahan nilai tukar & kenaikan harga impor terus ada hingga Q4 2022," jelasnya, Senin (1/8/2022).

Menurutnya, saat ini pengusaha di dalam kondisi yang tidak punya banyak opsi karena faktor-faktor tantangannya semua bersifat eksternal dan tidak bisa dikendalikan oleh pelaku usaha.

Sementara itu, untuk meningkatkan kinerja usaha tahun ini pun menurut Shinta pengusaha terus melakukan promosi di dalam dan luar negeri dengan menggunakan momentun B20 dan G20.

"Di sisi lain, kami juga terus berupaya mencari cara untuk meredakan tekanan terhadap beban tersebut dengan diversifikasi supply chain impor ke supplier dalam negeri, optimalisasi penggunaan LCS dalam transaksi dagang internasional untuk menekan kebutuhan terhadap USD, dan peningkatan promosi termasuk dengan melakukan mempergunakan momentum presidensi B20/G20," katanya.

Sementara itu, meski tercatat mengalami kenaikan, Kepala BPS Margo Yuwono menyebutkan bahwa inflasi Indonesia relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan beberapa negara G20 lainnya, seperti Uni Eropa yang mencapai 9,6 persen, Amerika Serikat 9,1 persen, Inggris 8,2 persen, dan Korea Selatan 8,2 persen.

Dia menyampaikan kondisi ini tercermin dari inflasi pada komponen inti yang masih terkendali pada tingkat 2,86 persen yoy. Menurutnya, angka inflasi inti yang tercatat 2,85 persen masih relatif rendah.

"Ini menggambarkan fundamental ekonomi Indonesia masih bagus,” jelas Margo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper