Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

SKK Migas Minta Inpex Tekan Biaya Investasi di Blok Masela

SKK Migas melaporkan sudah ada sejumlah investor yang menujukkan ketertarikannya untuk mengambil alih hak partisipasi Shell di Blok Masela.
Ilustrasi Blok Migas - Bisnis.com
Ilustrasi Blok Migas - Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA — Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) meminta operator proyek LNG Abadi Blok Masela Inpex Masela Ltd. untuk menekan biaya investasi pada pemasangan fasilitas penangkapan, pemanfaatan dan penyimpanan karbon (CCUS).

Permintaan itu berkaitan dengan upaya untuk menjaga nilai keekonomian proyek setelah Shell Indonesia ingin menjual 35 hak partisipasi mereka pada salah satu blok gas terbesar di dunia tersebut.

“Investasinya yang ada saat ini kita harapkan bisa kita tekan. Walau ada CCUS, kita harapakan total investasinya juga tidak banyak berubah,” kata Dwi saat ditemui di Jakarta Convention Center (JCC), Rabu (27/7/2022).

Dengan demikian, proses divestasi hak paritispasi dari Shell pada lapangan Migas terbesar itu dapat lebih menarik dari sisi investasi. SKK Migas melaporkan sudah ada sejumlah investor yang menujukkan ketertarikannya untuk mengambil alih hak partisipasi Shell di Blok Masela. Hanya saja, ketertarikan itu belum juga mengalami kemajuan yang serius.

“Abadi Masela itu sangat kita harapkan mengangkat kemampuan Indonesia. Abadi Masela menghasilkan 9,5 juta metrik ton per tahun untuk LNG, bayangkan saja,” ujarnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto membahas peluang pendanaan proyek Blok Masela dari Japan Bank for International Cooperation (JBIC) lewat skema Joint Crediting Mechanism (JCM) saat bertemu dengan Gubernur JBIC yang baru Nobumitsu Hayashi di Hotel Imperial Tokyo, Jepang, Senin (25/7).

Airlangga mengatakan proyek Masela itu belakangan makin strategis akibat perang Rusia-Ukraina yang diikuti dengan kenaikan permintaan gas  dari negara anggota G7. Menurut Airlangga, gas menjadi komoditas penting untuk dapat dijadikan bahan baku ammonia, pupuk dan methanol sebagai salah satu bahan blending untuk biofuel.

“Nilai investasi proyek ini mencapai US$19,85 miliar. Namun demikian, proyek ini mempunyai tantangan ke depan yaitu adanya percepatan transisi energi, persyaratan dekarbonisasi, dan perubahan industri hulu migas, sehingga perlu dievaluasi dan diidentifikasi ulang mengenai ruang lingkup proyeknya,” kata Airlangga melalui siaran pers, Selasa (26/7/2022).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper