Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Duh! Ekonomi Global Diprediksi Melambat hingga Tahun Depan

Benarkah ekonomi global diprediksi melambat hingga tahun depan? Ini jawaban Standard Chartered Bank Indonesia
ILUSTRASI. Duh! Ekonomi Global Diprediksi Melambat hingga Tahun Depan/ Bloomberg
ILUSTRASI. Duh! Ekonomi Global Diprediksi Melambat hingga Tahun Depan/ Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA — PT Standard Chartered Bank Indonesia memproyeksikan bahwa pertumbuhan ekonomi global masih akan melambat hingga tahun depan. Proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini pun dikoreksi menjadi 3 persen.

Proyeksi itu tercantum dalam laporan Global Focus–Economic Outlook Q3/2022 yang disampaikan dalam acara tahunan Global Research Briefing (GRB) H2 2022 untuk Indonesia. 

"Pada April 2022, Standard Chartered memproyeksikan bahwa pertumbuhan ekonomi global masih bisa mencapai 3,4 persen tahun ini. Namun, dengan dinamika dan perkembangan yang ada, proyeksi itu diturunkan menjadi 3 persen," ujar Senior Economist Standard Chartered Bank Indonesia Aldian Taloputra seperti dikutip dari laporan, Senin (25/7/2022). 

Aldian menilai bahwa risiko resesi di Amerika Serikat dan Eropa menjadi salah satu faktor yang menekan proyeksi pertumbuhan ekonomi global.

Selain itu, dia mengatakan inflasi pun cenderung menanjak di banyak negara, sehingga meningkatkan kerentanan kondisi ekonomi.

"Tekanan biaya terus meningkat setelah adanya invasi Rusia ke Ukraina, sementara gangguan pasokan juga belum mereda secara signifikan," katanya. 

Bukan hanya tahun ini, Standard Chartered pun menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global 2023 menjadi 2,9 persen, dari sebelumnya 3,4 persen. Artinya, masih terdapat risiko perlambatan ekonomi global hingga tahun depan, karena proyeksinya lebih loyo dari tahun ini.

Aldian menjelaskan bahwa pendapatan sektor riil yang tertekan, penghapusan kebijakan yang mengakomodir, serta lesunya potensi pertumbuhan rumah tangga dan bisnis tampaknya akan membawa pertumbuhan negatif. Sektor-sektor itu berpotensi tertekan pada kurun kuartal IV/2022 dan kuartal I/2023.

"Selain itu, inflasi yang tinggi pun terus memberi tekanan pada kebutuhan rumah tangga dan bisnis. Namun, di banyak negara, penumpukan utang pemerintah terkait pandemi membatasi ruang lingkup dukungan fiskal untuk mengimbangi tagihan pangan dan energi yang melonjak," ucapnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper