Bisnis.com, JAKARTA — Kinerja investasi Indonesia pada kuartal III/2022 dibayangi oleh kondisi ketidakpastian global yang tinggi, terutama dengan tingginya inflasi dan pengetatan moneter bank sentral di banyak negara.
Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi investasi pada kuartal II/2022 mencapai Rp302,2 triliun, tumbuh 35,5 persen dibandingkan tahun lalu (year-on-year/yoy).
Aliran penanaman modal dalam negeri (PMDN) tercatat mencapai Rp139,0 triliun atau tumbuh sebesar 30,8 persen secara tahunan. Sejalan dengan itu, aliran penanaman modal asing (PMA) mencapai Rp163,2 triliun, tumbuh 39,7 persen secara tahunan.
Wakil Ketua III Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Shinta Widjaja Kamdani menyampaikan bahwa pemerintah perlu menjaga momentum dan kondusifitas iklim usaha dan investasi di Indonesia di tengah gejolak global saat ini.
“Secara khusus, kami berharap pemerintah terus menguatkan parameter fundamental ekonomi nasional seperti inflasi dan stabilitas nilai tukar,” katanya kepada Bisnis, Rabu (20/7/2022).
Hal ini menurutnya perlu dilakukan untuk mendorong kepercayaan masyarakat dan meningkatkan kegiatan ekonomi, serta kepercayaan investor untuk melakukan ekspansi usaha di Indonesia tetap tinggi.
Baca Juga
Jika pemerintah lengah dan stabilitas makro terganggu, lanjutnya, maka akan sulit mempertahankan momentum pertumbuhan realisasi investasi karena kondisi ekonomi global diperkirakan akan semakin tidak kondusif dan akan memberikan lebih banyak tekanan terhadap ekonomi negara berkembang seperti Indonesia.
Shinta mengatakan arus investasi asing yang mendominasi struktur penerimaan investasi selama ini dapat terganggu, bahkan berpotensi terjadi capital outflow yang berlebih jika Indonesia tidak berhati-hati.
“Karena itu kami harap pemerintah tetap vigilant dan konsisten meningkatkan stabilitas ekonomi nasional, serta konsisten dalam melaksanakan reformasi struktural yang efektif meningkatkan efisiensi dan daya saing iklim usaha nasional kedepannya,” tuturnya.