Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tahun Ajaran Baru, Pebisnis Tekstil Pesimistis Bisa Raup Berkah

Kembali dibukanya keran impor membuat musim tahun ajaran baru kali ini tidak memberikan banyak berkah bagi industri tekstil dalam negeri.
Seorang ibu mengukur seragam sekolah untuk anaknya di Pasar Induk Rau, Serang, Banten, Minggu (9/7)./ANTARA-Asep Fathulrahman
Seorang ibu mengukur seragam sekolah untuk anaknya di Pasar Induk Rau, Serang, Banten, Minggu (9/7)./ANTARA-Asep Fathulrahman

Bisnis.com, JAKARTA – Pelaku industri tekstil dan produk tekstil (TPT) dalam negeri pesimistis musim masuk sekolah pada awal semester II/2022 ini bakal memberi banyak berkah.

Ketua Umum Asosiasi Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta memperkirakan penjualan seragam sekolah buatan dalam negeri pada awal semester genap ini tidak akan mencapai 50 persen dari total konsumsi produk tekstil di segmen tersebut.

Menurut Redma, kembali dibukanya keran impor melalui Permendag No. 25/2022 tentang Kebijakan Dan Pengaturan Impor membuat dalam negeri dibanjiri produk, termasuk di segmen seragam sekolah.

"Itu jadi masalah. Sebab, perhitungan awal kami segmen seragam sekolah bisa menjadi tambahan. Namun, awal Maret (2022) Kemendag membuka keran impor sehingga banjir produk asing," ujarnya kepada Bisnis, Rabu (13/7/2022).

Dia mengatakan dampak dari peredaran barang impor terhadap produk tekstil jenis seragam sekolah dalam negeri pada musim awal semester genap ini cukup signifikan dalam menggerus pangsa pasar industri lokal.

Omzet pasar seragam sekolah di Indonesia sekitar 5 persen dari konsumsi tekstil nasional dalam 1 tahun. Dengan volume produk sekitar 100.000 ton.

Produk seragam sekolah, ujarnya, mulai beredar di pasaran pada pengujung kuartal II/2022 atau menjelang dimulainya semester baru pada Juli 2022. Produk mulai beredar di pasaran pada akhir Juni 2022.

Namun, pangsa pasar produk tekstil nasional untuk segmen seragam sekolah tergerus lebih dari separuh karena maraknya barang-barang impor yang beredar di Tanah Air.

"Akibat banyak barang impor, yang bisa disuplai oleh pemain dalam negeri tidak sampai 50 persennya. Harusnya bisa dipasok oleh produk lokal secara keseluruhan," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper