Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BBM dan LPG Nonsubsidi Naik, Pertamina Klaim Tidak Terjadi Peralihan Konsumsi

Pertamina mengklaim konsumsi masyarakat tidak beralih dari BBM nonsubsidi yang harganya mengalami kenaikan.
Warga menunjukan aplikasi MyPertamina saat mengisi bahan bakar pertalite di SPBU Pertamina Abdul Muis, Jakarta, Rabu (29/6/2022).  ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Warga menunjukan aplikasi MyPertamina saat mengisi bahan bakar pertalite di SPBU Pertamina Abdul Muis, Jakarta, Rabu (29/6/2022). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Bisnis.com, JAKARTA — Sekretaris Perusahaan PT Pertamina Patra Niaga Irto Ginting mengatakan perilaku masyarakat untuk mengonsumsi bahan bakar minyak (BBM) dan LPG relatif stabil setelah adanya penyesuaian harga sejumlah produk komersial milik Pertamina sejak Minggu (10/7/2022).

Hal itu, kata Irto, disebabkan karena sejumlah produk BBM dan LPG komersial itu relatif sudah memiliki segmentasi pembeli yang rigid berasal dari kelompok kelas menengah ke atas.

“Umumnya konsumennya sudah memahami pentingnya penggunaan BBM sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan kendaraan,” kata Irto saat dihubungi, Senin (11/7/2022).

Di sisi lain, konsumsi LPG non subsidi juga tetap stabil kendati terjadi kenaikan harga yang cukup lebar mencapai sekitar Rp2.000 per kilogram. Menurut dia, tingkat konsumsi LPG komersial relatif stabil di posisi 6 persen dari keseluruhan total konsumsi LPG nasional kendati terjadi beberapa kali penyesuaian harga.

“Saat ini penyesuaian kami lakukan kembali untuk produk Pertamax Turbo dan Dex Series yang porsinya sekitar 5 persen dari total konsumsi BBM nasional serta produk LPG non subsidi yang porsinya sekitar 6 persen dari total konsumsi nasional,” tuturnya.

Kendati demikian, pemerintah tetap berkomitmen untuk menahan harga BBM dan LPG bersubsidi di tengah gejolak harga harga Indonesian Crude Price (ICP) untuk BBM dan Contract Price Aramco (CPA) untuk LPG yang masih tertahan tinggi hingga pertengahan tahun ini.

Tercatat, harga minyak ICP per Juni menyentuh angka US$117,62 per barel atau lebih tinggi 37 persen dari asumsi ICP pada Januari 2022. Tren itu juga terjadi pada LPG, asumsi CPA pada Juli 2022 mencapai US$725 per ton atau lebih tinggi 13 persen dari rata-rata asumsi sepanjang 2021.

Melihat tren ini, Pertamina Patra Niaga melakukan penyesuaian harga untuk produk bahan bakar khusus (BBK) atau BBM non subsidi, di antaranya Pertamax Turbo, Pertamina Dex, dan Dexlite serta LPG non subsidi seperti Bright Gas. Untuk saat ini, hanya Pertamax yang merupakan BBM non subsidi namun harganya tidak berubah.

Untuk Pertamax Turbo (RON 98), terdapat penyesuaian harga menjadi Rp16.200 sebelumnya Rp14.500, Pertamina Dex (CN 53) menjadi Rp16.500 sebelumnya Rp13.700, dan Dexlite (CN 51) menjadi Rp15.000 per liter dari sebelumnya Rp12.950 untuk wilayah DKI Jakarta atau daerah dengan besaran pajak bahan bakar kendaraan bermotor (PBBKB) 5 persen. Untuk LPG non subsidi seperti Bright Gas akan disesuaikan sekitar Rp2.000 per kilogram.

“Seluruh Penyesuaian harga di angka sekitar Rp2.000 baik per liter untuk BBM dan per Kg untuk LPG, harga ini masih sangat kompetitif dibandingkan produk dengan kualitas setara. Untuk yang subsidi, Pemerintah masih turut andil besar dengan tidak menyesuaikan harganya,” kata dia.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper