Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rusia Gagal Bayar Utang Luar Negeri Setelah 105 Tahun, Apa Dampaknya ke Pemerintahan Putin Cs.?

Surat utang pemerintah Rusia telah resmi gagal bayar alias default. Meski demikian, gagal bayar surat utang kali ini bukan karena Rusia tidak memiliki dana akan tetapi disebabkan oleh kebijakan eksternal yakni embargo keuangan oleh negara Eropa dan Amerika Serikat. Gagal bayar surat utang Rusia ini merupakan pertama kali yang berasal dari luar negeri sejak 1918 atau setelah 104 tahun.
Seorang warga menonton siaran langsung Vladimir Putin, Presiden Rusia, saat menyampaikan pidato, di Moskwa, Rusia, Senin (22/2/2022). Rusia resmi menyandang status gagal bayar setelah akses keuangannya ditutup oleh sanksi ekonomi negara barat. /Bloomberg-Andrey Rudakov
Seorang warga menonton siaran langsung Vladimir Putin, Presiden Rusia, saat menyampaikan pidato, di Moskwa, Rusia, Senin (22/2/2022). Rusia resmi menyandang status gagal bayar setelah akses keuangannya ditutup oleh sanksi ekonomi negara barat. /Bloomberg-Andrey Rudakov

Bisnis.com, JAKARTA - Surat utang negara Rusia akhirnya default alias gagal bayar setelah melewati masa tenggang yakni 1 bulan setelah jatuh tempo pada 27 Mei 2022. Gagal bayar Rusia sendiri bukan disebabkan oleh negeri yang kini dipimpin Vladimir Putin itu tidak memiliki uang, akan tetapi akibat penutupan akses transaksi kupon ke investor luar negeri oleh negara Barat.

Berdasarkan Bloomberg, yang dikutip hari ini, Senin (27/6/2022), kewajiban Rusia yang jatuh tempo relatif tidak besar yakni sekitar US$100 juta atau sekitar Rp1,4 triliun. 

Gagal bayar sendiri sudah terbayang setelah sanksi ekonomi dijatuhkan negara barat. Eurobond yang diterbitkan Rusia dijual di level yang penuh dengan tekanan sejak Maret 2022 lalu. Cadangan luar negeri milik Bank of Russia juga dibekukan dan seluruh perbankan besar di Rusia ditutup dari sistem keuangan global.

Namun, dampak sebenarnya diyakini tidak terlalu besar bagi Rusia. Dalam pernyataan sebelumnya, Rusia sudah menegaskan bahwa negara itu memiliki kemampuan membayar kupon. Pada pekan lalu, Rusia telah mengumumkan akan mengalihkan outstanding utangnya menjadi rubel. Mereka mengatakan kondisi ini adalah keadaan yang memaksa yang sengaja diciptakan oleh negara Barat.

"Ini adalah hal yang sangat, sangat langka, di mana sebuah pemerintahan justru dipaksa pemerintahan eksternal agar gagal bayar," kata analis senior surat utang Loomis Sayles & Company LP Hassan Malik, dilansir Bloomberg pada Senin (27/6/2022).

Menurutnya, ini akan menjadi salah satu kasus gagal bayar terbesar dalam catatan sejarah. Perlu diketahui, Rusia belum pernah jatuh ke dalam default atas utang luar negeri sejak Revolusi Oktober pada 1917. Kala itu terjadi Revolusi Bolshevik ketika pemimpin komunis baru Vladimir Lenin menolak untuk membayar utang Kekaisaran Rusia.

Sedangkan gagal bayar utang terjadi pada 1998, saat itu pemerintahan Presiden Boris Yeltsin diguncang oleh krisis rubel sehingga pemerintah gagal bayar. Meski demikian utang luar negerinya tidak gagal bayar.

Sanksi ini juga menyebabkan peringkat surat utang entitas Rusia anjlok. Menurut dokumen surat utang tersebut, obligasi dapat dianggap gagal bayar jika 25 persen pemegang surat utang menyetujuinya. Namun, klaim gagal bayar bisa dianggap batal 3 tahun setelah jadwal pembayaran. Artinya, Rusia masih punya cukup banyak waktu sambil memantau progres sanksi yang diharapkan akan semakin lunak.

"Kebanyakan pemegang obligasi akan tetap melakukan pendekatan wait and see," ujar ekonom Nomura Research Institute di Tokyo Takahide Kiuchi.

Sejak April 2022, nilai eurobond Rusia yang dimiliki oleh investor luar negeri mencapai US$20 miliar atau sekitar Rp296 triliun.

"Masalah yang lebih luas adalah bahwa sanksi itu sendiri merupakan tanggapan atas tindakan dari entitas berdaulat,” katanya merujuk pada invasi ke Ukraina.

Menteri Keuangan Rusia Anton Siluanov menegaskan bahwa Pemerintah Rusia mampu dan memiliki keinginan untuk membayar. "Siapapun bisa mengatakan apapun yang mereka suka. Namun siapapun yang memahami apa yang terjadi tahu bahwa ini sama sekali bukan gagal bayar," kata Siluanov.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nindya Aldila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper