Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Top 5 News Bisnisindonesia.id: Dari Langkah Gesit Garuda, Subsidi Silang Tiket Pesawat, hingga Potensi Sunrise Properti di Selatan Jakarta

Berita tentang rencana komitmen Garuda Indonesia pada kreditur menjadi salah satu berita pilihan editor BisnisIndonesia.id. Selain berita tersebut, beragam kabar ekonomi dan bisnis yang dikemas secara mendalam dan analitik juga tersaji dari meja redaksi BisnisIndonesia.id.
Pesawat milik maskapai penerbangan Garuda Indonesia terparkir di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Selasa (21/6/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pesawat milik maskapai penerbangan Garuda Indonesia terparkir di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Selasa (21/6/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. bergerak gesit untuk memastikan skema pembayaran kepada krediturnya dapat segera terealisasi berdasarkan klasifikasi yang telah disusun dalam proposal perdamaian atas penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU).

Berita tentang rencana komitmen Garuda Indonesia pada kreditur menjadi salah satu berita pilihan editor BisnisIndonesia.id. Selain berita tersebut, beragam kabar ekonomi dan bisnis yang dikemas secara mendalam dan analitik juga tersaji dari meja redaksi BisnisIndonesia.id.

Berikut ini highlight Bisnisindonesia.id, Rabu (22/6/2022):

1. Langkah Gesit Garuda demi Buktikan Komitmen pada Kreditur

Sejumlah kreditur pun terus memantau perkembangan proses kesepakatan restrukturisasi kredit Garuda setelah proposal perdamaian yang ditawarkan perusahaan ini disetujui oleh mayoritas kreditur.

Maskapai penerbangan pelat merah ini harus segera bergerak cepat untuk memastikan dapat memenuhi kewajibannya sebagaimana yang telah dijanjikan. Hal ini menjadikan perusahaan harus menata lagi bisnisnya dan mempersiapkan model bisnis yang lebih menguntungkan.

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra  mengatakan bahwa perusahaan tidak akan menyia-nyiakan kepercayaan yang diberikan oleh kreditur terhadap perseroan. Garuda ingin menunjukkan bahwa Garuda pantas untuk dipertahankan dan berjanji untuk memberikan layanan operasi yang prima. Lalu seperti apa komitmen Garuda Indonesia kepada krediturnya?

2. Risiko Resesi AS Naik, Indonesia Harus Siapkan Antisipasi

Potensi resesi Amerika Serikat (AS) diprediksi akan berdampak terhadap ekspor dan pasar keuangan Indonesia. Kinerja ekspor akan terhambat begitu juga investasi di dalam negeri. Dari sisi ekspor, industri tekstil diprediksi akan mengalami dampak paling nyata. 

Sementara itu, aliran modal keluar dari pasar keuangan domestik, baik dari pasar saham maupun pasar obligasi, diperkirakan akan terjadi. Kondisi tersebut akan mendorong kenaikan tingkat imbal hasil surat utang negara.
 
Pada pertemuan FOMC terakhir, the Fed memperkirakan pertumbuhan ekonomi AS akan lebih lambat dari perkiraan sebelumnya, sementara inflasi diperkirakan meningkat lebih tinggi. Pengamat menilai inflasi yang tinggi diikuti perlambatan pertumbuhan ekonomi yang berpotensi mendorong AS ke kondisi stagflasi. Hal itu kemudian berdampak pada daya beli masyarakat di Amerika.

Goldman Sachs memperingatkan bahwa risiko AS jatuh ke dalam resesi dalam setahun telah berlipat ganda setelah kenaikan suku bunga Fed yang agresif. Sebelumnya, pimpinan Federal Reserve Jerome Powell berjanji untuk mendinginkan inflasi yang pana

Goldman Sachs mengatakan risiko resesi AS yang datang dalam satu tahun telah meningkat menjadi 30 persen dari proyeksi sebelumnya yang berada di posisi 15. 

PDB AS menyusut kuartal terakhir, dan dua kontraksi berturut-turut biasanya menandai resesi. Sejauh ini perusahaan-perusahaan di Wall Street terpecah pada asumsi apakah AS akan jatuh dalam resesi. 

Bank of America dan Deutsche Bank berpandangan AS pasti akan terjun ke dalam resesi. Sementara itu, JP Morgan dan UBS yang mengakui tekanan ekonomi akan tetap ada, tidak berpikir bahwa resesi penuh akan terjadi di AS. 

Risiko terjadinya resesi ekonomi di AS semakin tinggi. Tingkat inflasi AS pun diperkirakan sulit dikembalikan ke level 2 persen dalam waktu singkat. 

Seperti disampaikan Presiden Federal Reserve Bank of Cleveland Loretta Mester dibutuhkan waktu beberapa tahun untuk menurunkan inflasi ke tingkat 2 persen.  Lalu seperti apa dampaknya bagi Indonesia?

3. Mengatasi Tekor Neraca Perdagangan Kendaraan Bermotor

Setelah selalu menorehkan surplus sejak 2018, neraca perdagangan otomotif Indonesia mengalami defisit. Sejumlah langkah diperlukan untuk menambal tekor ekspor-impor kendaraan bermotor.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor kendaraan bermotor dan bagiannya sepanjang Januari - April 2020 mencatatkan pertumbuhan yang stabil. Di sisi lain, impor produk serupa melaju kencang.

Ekspor kendaraan bermotor Indonesia dilakukan dalam wujud utuh atau completly built-up/CBU dan completly knock-down/CKD (HS 87). Demikian pula impornya. 

Secara keseluruhan, total nilai ekspor kendaraan bermotor dan bagiannya itu mencapai US$3,79 miliar. Sebaliknya, pada periode sama nilai impor menembus US$3,89 miliar sehingga terjadi defisit neraca perdagangan otomotif sebesar US$95,97 juta selama 5 bulan pertama tahun ini.

Tekor neraca perdagangan otomotif ini terakhir kali terjadi pada 2018 sebesar minus US$516,665 juta. Kala itu, ekspor kendaraan bermotor dan komponennya mencapai angka tertinggi sepanjang masa hingga 2018 menjadi US$7,552 miliar. Sementara itu, impornya juga melejit menjadi US$8,07 miliar. 

Akan tetapi, Indonesia berhasil membalik defisit menjadi surplus pada tahun berikutnya. Surplus terbesar tercatatkan pada 2020, namun pada tahun berikutnya cenderung menipis. Sepanjang empat bulan pertama 2022, industri otomotif masih mencatatkan surplus hingga akhirnya defisit pada bulan kelima. Langkah apa saja yang diperlukan untuk menambal tekor ekspor-impor kendaraan bermotor? 

4. Menerawang Kesuksesan Subsidi Silang Tiket Pesawat Ala Sandiaga

Di tengah tingginya harga tiket pesawat domestik, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mengusulkan adanya subsidi silang terhadap biaya perjalanan dengan pesawat udara. 

Usulan subsidi silang atau cross subsidi ini diusulkan Menparekraf Sandiaga Uno. Siasat ini disampaikannya menanggapi biaya penerbangan melejit setidaknya sejak kuartal II/2022. Hal ini juga dipengaruhi oleh adanya biaya tuslah alias biaya tambahan (fuel surcharge). 

Dalam aturan Kementerian Perhubungan, penambahan biaya ini diatur sesuai dengan kategorisasi pesawat. Bagi pesawat propeller atau baling-baling, tuslah yang dapat dikenakan mencapai 20 persen dari tarif batas atas. Sedangkan bagi pesawat jenis jet dapat menambah biaya hingga 10 persen dari tarif tertinggi tiap rute.

Kebijakan ini merata diterapkan pada seluruh bandara termasuk bandara perintis. Namun, beleid terkait tuslah ini akan berakhir pada Juli. Setelah itu, Kementerian Perhubungan akan mengevaluasi kembali keputusan tersebut. 

Selain regulasi tersebut, sejatinya peningkatan harga tiket juga disebabkan oleh harga minyak dunia. Lonjakan nilai komoditas energi tersebut ikut terimbas pada peningkatan harga avtur. Alhasil, penyesuaian tarif tiket pesawat tidak terhindarkan. Lalu seperti apa mekanisme subsidi silang yang dimaksud Menparekraf?

 

5. Sunrise Properti, Kawasan Bogor dan Sekitar Punya Peluang Besar

Selatan Jakarta, tepatnya kabupaten dan kota Bogor yang berada di sekitar ruas tol Jakarta – Bogor – Ciawi (Jagorawi) diproyeksikan mengalami sunrise properti meski nantinya, status Ibu Kota Negara (IKN) tak lagi disandang oleh DKI Jakarta. 

Saat ini memang tak dipungkiri pesatnya perkembangan wilayah penyangga Jakarta yakni Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Bodetabek) ini akibat Jakarta yang menyandang status ibu kota dan sebagai tempat mencari nafkah sehingga berdampak pada perkembangan di kawasan satelit. 

Meski status tak lagi diemban oleh Jakarta nantinya, namun Jakarta akan tetap sebagai pusat bisnis, pariwisata, dan kebudayaan sehingga memang tentu perkembangan wilayah sekitar Jakarta akan terus masif. 

CEO Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda mengatakan dalam 50 mendatang, Jakarta dan Bodetabek - Banten masih berpotensi untuk berkembang. Terutama wilayah Bogor yang memang memiliki potensi untuk tumbuh meski saat ini kondisinya relatif lambat jika dibandingkan wilayah penyangga lainnya. Jika dilihat, Jakarta terlebih dahulu berkembang ke arah barat, di Tangerang, Banten, kemudian ke timur Bekasi. Lalu seperti apa prospek sunrise properti di Bogor? 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Yanita Petriella
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper