Bisnis.com, JAKARTA — Emiten produsen batu bara PT Adaro Energy Tbk. (ADRO) masih berfokus mempertahankan ekspor ke pasar tradisional mereka di kawasan Asia Tenggara, China, Asia Timur, India dan Selandia Baru di tengah peningkatan permintaan dari beberapa negara di Eropa tahun ini.
Head of Corporate Communication Adaro Energy Febriati Nadira mengatakan perseroan juga bakal tetap fokus terhadap upaya efisiensi kendati harga komoditas emas hitam itu relatif tetap tinggi hingga pertengahan tahun ini. ADRO ingin memastikan kegiatan bisnis dapat bertahan di tengah sejumlah siklus komoditas yang tidak dapat diprediksi.
“Harga batu bara mengikuti siklusnya dan tidak dapat diprediksi. Walaupun kami menyambut baik dengan kondisi yang kondusif ini, Adaro akan tetap fokus terhadap efisiensi dan keunggulan operasional. Lebih lanjut, kami harus memastikan bahwa bisnis ini akan dapat bertahan di tengah berbagai siklus melalui aktivitas bisnis yang stabil dan berkelanjutan,” kata Febriati melalui pesan singkat, Jumat (17/6/2022).
Adapun ADRO menargetkan produksi batu bara mencapai 56 hingga 60 juta ton pada tahun ini menyusul harga komoditas emas hitam itu yang relatif kondusif untuk kegiatan operasional di sejumlah tambang milik perusahaan. Kendati demikian, dia menegaskan, perseroan bakal mengoptimalkan kegiatan operasional untuk mempertahankan marjin yang sehat dan kontinuitas pasokan ke pelanggan di sejumlah negara dan dalam negeri.
“Adaro juga akan senantiasa mengikuti ketentuan domestic market obligation (DMO) dan kami masih mempertahankan ekspor di wilayah Asia Tenggara, China, Asia Timur, India, Selandia Baru,” tuturnya.
Pada kuartal pertama 2022, komposisi penjualan domestik ADRO sebesar 30 persen, sedangkan pasar ekspor sebesar 70 persen. Wilayah Asia Timur dan Asia Tenggara menduduki posisi tertinggi untuk destinasi ekspor yang masing masing mengambil porsi 27 persen dan 17 persen, lalu India 13 persen penjualan, China 10 persen dan sebanyak 3 persen ke negara lainnya.
Baca Juga
Seperti diberitakan sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bakal menaikkan target produksi batu bara pada rencana kerja dan anggaran belanja atau RKAB perusahaan yang memiliki IUP pada pertengahan tahun ini. Langkah itu diambil seiring dengan meningkatnya permintaan komoditas emas hitam itu dari sebagian negara eropa dan India di tengah disrupsi pasokan energi global yang masih berlanjut.
Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara (Dirjen Minerba) Kementerian ESDM Ridwan Djamaluddin mengatakan Jerman secara resmi sudah mengajukan permintaan batu bara mencapai 150 juta ton pada tahun ini. Sementara sebagian negara lain masih menunggu proses pengajuan resmi yang diprediksi ikut menaikkan target produksi tambang hingga akhir tahun.
“Nanti kita akan tambahkan produksinya di RKAB, belum ada angkanya tapi gambaran permintaanya sudah 150 juta [ton], itu yang bicara angka Jerman kalau yang saya tahu,” kata Ridwan saat ditemui selepas acara Pengarahan Kepada Penjabat Gubernur dan Penjabat Bupati/Penjabat Walikota di kantor Kementerian Dalam Negeri, Kamis (16/6/2022).
Ridwan memastikan kapasitas produksi di dalam negeri relatif stabil hingga akhir tahun seiring dengan permintaan yang signifikan dari sejumlah negara non tradisional. Menurut dia, cadangan batu bara dari sejumlah perusahaan besar seperti PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) terbilang cukup besar untuk memenuhi permintaan baru tersebut.
“Sumber batu bara dari kita masih cukup kok, termasuk yang besar-besar. Termasuk PTBA dan lain-lain masih cukup kita,” tuturnya.
Adapun realisasi produksi batu bara hingga pertengahan tahun ini masih relatif rendah akibat gangguan cuaca pada awal tahun ini. Selain itu, pendanaan yang seret dari perbankan turut memengaruhi kegiatan eksplorasi pada hulu tambang batu bara.
Berdasarkan data Minerba One Data Indonesia per Jumat (17/6/2022), realisasi produksi batu bara baru mencapai 271,78 juta ton. Sementara realisasi ekspor menyentuh di angka 95,79 juta ton dan domestik berada di kisaran 72,65 juta ton. Di sisi lain, pemenuhan pasar domestik atau domestic market obligation (DMO) sudah mencapai 54,03 juta ton.
Sementara itu, Bursa ICE Newcastle per Jumat (17/6/2022) menunjukan harga batu bara untuk kontrak Juli 2022 kembali mengalami penguatan setelah naik 0,41 persen ke posisi US$346,4 per ton. Dalam tiga bulan terakhir harga batu bara terus mengalami kenaikan sebesar 51,17 persen dari perdagangan Maret 2022 di posisi US$198,30 per ton.
Sentimen harga batu bara di Bursa ICE Newcastle masih relatif kuat hingga pertengahan tahun ini dengan kenaikan harga komoditas itu mencapai 280,87 persen secara tahunan.