Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Top 5 Bisnisindonesia.com : Hapus Tak Hapus Minyak Goreng Curah hingga Peluang GIIA Lolos Jerat Kebangkrutan

Berita tentang hapus tak hapus minyak goreng curah menjadi salah satu berita pilihan editor BisnisIndonesia.id. Selain berita tersebut, beragam kabar ekonomi dan bisnis yang dikemas secara mendalam dan analitik juga tersaji dari meja redaksi BisnisIndonesia.id
Garuda Indonesia Bermasker /Garuda Indonesia
Garuda Indonesia Bermasker /Garuda Indonesia

Bisnis, JAKARTA — Rencana pemerintah untuk mengganti minyak curah menjadi minyak kemasan belum cukup titik terang. Hal ini terlihat dari sikap berbeda yang ditunjukkan oleh Menteri Perdagangan baru.

Berita tentang hapus tak hapus minyak goreng curah menjadi salah satu berita pilihan editor BisnisIndonesia.id. Selain berita tersebut, beragam kabar ekonomi dan bisnis yang dikemas secara mendalam dan analitik juga tersaji dari meja redaksi BisnisIndonesia.id.

Berikut ini highlight dari Bisnisindonesia.id, Kamis (16/6/2022):

1. Hapus Tak Hapus Minyak Goreng Curah

Rencana pemerintah untuk mengganti minyak curah menjadi minyak kemasan belum cukup titik terang. Hal ini terlihat dari sikap berbeda yang ditunjukkan oleh Menteri Perdagangan baru.

Presiden Joko Widodo melengserkan Muhammad Lutfi sebagai Menteri Perdagangan. Jabatan itu kemudian dipercaya Jokowi kepada Wakil Ketua MPR RI sekaligus Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan.

Tidak lama seusai dilantik, Zulhas-akrab disapa- mengaku akan ada beberapa langkah yang dilakukan dalam mengatasi minyak goreng dan menstabilkan harga pangan di Tanah Air.

Menurutnya, saat ini skala prioritas Presiden adalah menekan harga minyak curah sesuai harga eceran tertinggi (HET) yakni Rp14.000 per liter. Meski tidak mengungkap secara detail, dia menyebut bahwa langkah yang disiapkan bisa menyelesaikan perkara minyak goreng.

Zulkifli menyebut akan segera mengungkap strateginya tersebut secepatnya. “Besok dong, kan ini baru dilantik. Besok kita akan lihat pasar abis itu ke bawah,” katanya, Rabu (15/6/2022).

2. Ketika Kontribusi Otomotif terhadap Ekspor Nonmigas Mengempis

Kontribusi sektor otomotif terhadap ekspor nonmigas mengalami penurunan, sebaliknya sumbangan impornya membesar. Lantaran pasar kendaraan di dalam negeri menggeliat?

Berdasarkan data BPS yang dilansir Kementerian Perdagangan RI, nilai pengapalan kendaraan bermotor dan bagiannya sepanjang Januari - April 2022 mencapai US$3,30 miliar (+5,36%).

Pada periode yang sama, ekspor nonmigas tercatat senilai US$88,73 miliar (+39,12%). Alhasil, seiring dengan pertumbuhan ekspor nonmigas yang kencang, serta laju pengapalan kendaraan bermotor yang relatif lambat membuat pangsa sektor otomotif menyusut.

Sepanjang empat bulan pertama 2022, pengapalan komoditas berkode HS 87 atau kendaraan dan bagiannya hanya berkontribusi 3,7% terhadap ekspor nonmigas. Padahal, pada periode yang sama tahun lalu mencapai 4,9%.

Hal sebaliknya terjadi pada performa impor. Sumbangan sektor otomotif terhadap nilai impor nonmigas Indonesia mengalami peningkatan di tengah upaya pemerintah menggaungkan kampanye cinta produk dalam negeri.

3. Adu Cepat Vaksinasi dan Transmisi Penyakit Mulut dan Kuku

Pemerintah terus berupaya mengendalikan penyebaran wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang tengah menyerang ternak sapi di berbagai daerah menjelang tingginya kebutuhan hewan kurban untuk hari raya Idul Adha 2022.

Salah satu langkah penanganan utamanya dengan vaksinasi dan pengendalian transmisi virus lewat pengaturan lalu lintas perdagangan sapi.

Terkait vaksinasi, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo berupaya mempercepat distribusi vaksin PMK pada ternak diimpor dari Prancis ke wilayah dengan sebaran penyakit terbanyak.

"Kami usahakan lebih cepat lebih bagus. Ternak yang terkena kan ratusan ribu. Karena itu kami fokus di daerah itu. Yang memang 'suspect' sakit sekitar 70 ribu. Berarti itu yang didahulukan," tuturnya.

Kementan mempersiapkan sedikitnya 1,7 juta ekor ternak dari berbagai daerah dengan zona hijau PMK yang menjadi pasokan untuk kebutuhan ternak saat Idul Adha.

Sementara itu penanganan hewan ternak pada daerah dengan status zona merah, dipastikan tidak ada hewan hidup yang bisa didistribusikan keluar, atau harus dipotong di rumah pemotongan hewan.

4. Laju Kredit Sindikasi Tertahan, Perbankan Belum Hilang Asa

Laju penyaluran kredit secara sindikasi oleh perbankan nasional sepanjang tahun ini justru terlihat tidak begitu agresif, padahal secara umum kinerja kredit sudah tumbuh jauh lebih tinggi dibanding sebelumnya. Ada apa?

Berdasarkan data Bloomberg, sebagaimana dikutip dari Bisnis.com, pada semester I/2022 total nilai kesepakatan kredit sindikasi yang disalurkan perbankan tercatat sebesar US$4,683 miliar. Nilai ini turun drastis 56,05 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu US$10,65 miliar.

Penurunan total nilai kredit sindikasi sejalan dengan jumlah korporasi yang menerima kredit sindikasi pada semester I tahun ini yang juga menurun. Korporasi penerima kredit sindikasi turun dari 39 perusahaan pada tahun lalu menjadi 13 perusahaan pada semester I/2022, atau turun 66,6 persen.

Perusahaan-perusahaan yang bergerak di sektor pembangunan jalan tol, telekomunikasi dan infrastruktur, jumlah penerima kredit sindikasinya berkurang pada 6 bulan pertama 2022.

5. Peluang Garuda Indonesia Lolos Jerat Kebangkrutan

Peluang emiten maskapai penerbangan BUMN, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) untuk lolos dari jerat kebangkrutan tampaknya jauh lebih besar ketimbang peluang bangkrutnya.

Kondisi pemulihan aktivitas perjalanan dan pariwisata saat ini mendukung bisnis perseroan, sehingga justru dapat memberikan harapan baru di kalangan kreditur terhadap prospek bisnisnya.

Garuda Indonesia telah mengajukan permohonan penundaan tahapan pemungutan suara atau voting dalam proses penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) selama 2 hari dari tanggal yang sudah ditetapkan sebelumnya, menjadi menjadi 17 Juni 2022.

Adapun, untuk agenda sidang pengumuman hasil PKPU, akan tetap berlangsung pada 20 Juni 2022. Emiten berkode GIAA ini dinilai dalam posisi daya tawar yang lebih baik karena industri penerbangan yang mulai menggeliat menuju normal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Fatkhul Maskur
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper