Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sadis! Harga TBS Sawit Petani Ditekan, Timbangan Dipotong

Apkasindo melaporkan potongan timbangan TBS tersebut terjadi mulai dari Kalimantan Timur, Lampung, Bengkulu, Riau, Aceh, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Selatan.
Ilustrasi Petani Sawit/Istimewa
Ilustrasi Petani Sawit/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA-Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) menyampaikan bahwa harga tandan buah segar (TBS) sawit petani per tanggal 9 Juni 2022 masih rendah. Tidak hanya rendah, timbangan TBS petani pun kerap dipotong hingga 15 persen.

Hal tersebut terungkap dalam rapat terbatas pengurus Apkasindo di 22 provinsi secara virtual pada Kamis (9/6/2022) malam.

Ketua Umum DPP Apkasindo Gulat Manurung mengatakan, padahal Permentan Nomor 1 tahun 2018 melarang hal tersebut. Namun karena tidak adanya hukuman terhadap PKS nakal, menjadikan hal ini bebas terjadi

“Keluhan petani juga merata tentang tingginya potongan timbangan TBS petani di PKS-PKS [Pabrik Kelapa Sawit],” kata Gulat lewat pesan singkat kepada Bisnis, Jumat (10/6/2022).

Gulat menjelaskan potongan TBS tersebut terjadi mulai dari Kalimantan Timur, Lampung, Bengkulu, Riau, Aceh, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Selatan. Bahwa rata-rata PKS melakukan potongan timbangan antara 10-15 persen, terkhusus petani swadaya non mitra.

“Setelah di cek ke 22 provinsi sawit yang hadir, ternyata potongan ini juga terjadi di provinsi lain, dengan range antara 7-15 persen. Contohnya : Jika petani A mengantar TBS-nya ke PKS sebanyak 1.000 per kilogram (kg). maka yang dibayar oleh PKS hanya 850 kg (jika potongannya 15 persen). Hal ini sangat merugikan petani sawit,” ungkap Gulat.

“Taksiran dari rapat tersebut diketahui bahwa jika PKS (tanpa kebun) tersebut mempunyai kapasitas 45 ton/jam. Lalu, jika potongan timbangan di PKS sebesar 15 persen, maka satu hari PKS tersebut telah “merampok” TBS petani sebesar 135 ribu per kg TBS dengan nilai Rp240 juta per hari dan satu bulannya bisa mencapai Rp7,2 M,” papar Gulat.

Menurut Gulat, potongan timbangan ini sebenarnya terjadi juga sebelum terjadinya turbulensi harga TBS atau sebelum larangan ekspor yaitu sekitar 4-7 persen, namun pasca larangan ekspor terjadi, potongan semakin naik di kisaran 7-15 persen.

Padahal, ujar Gulat, Harga TBS-nya swadaya hanya dibeli Rp16.000-Rp2.000 per kilogram. Sedangkan petani bermitra dengan perusahaan TBS-nya dibeli di kisaran Rp2.100-Rp2.600 per kg.

Menurutnya, harga TBS di Bangka Belitung justru lebih rendah lagi yaitu di kisaran Rp1.450-Rp1.700 per kg. Hal tersebut terjadi dengan alasan tangki sawit mentah (crude palm oil/CPO) penuh.

“Hal ini terjadi karena pabrik kelapa sawit (PKS) di Babel banyak yang tutup karena tangki tampung CPO sudah pada penuh. Penuh karena CPO dari PKS tersebut tidak ada yang membeli dari Pihak refinery dan Pihak refinery beralasan karena ekspor belum berlangsung,” ujar

Gulat menyampaikan saat ini pun sudah terdapat 37 PKS yang tutup. Di antaranya di Riau 6, Sumatera Utara 5, Bengkulu 5, Kalimantan Utara 2, Babel 9, Sumatera Selatan 3, Banten 1, Aceh 6.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Indra Gunawan
Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper