Bisnis.com, JAKARTA – Philip Kotler yang menginjak usia 91 tahun tepat di hari ini, Jumat (27/5/2022) paham bahwa tidak mudah memprediksi masa depan, terutama pada perekonomian.
Philip yang merupakan "Bapak Pemasaran Modern Dunia" melihat setidaknya akan ada empat skenario yang akan terjadi terhadap perekonomian di masa mendatang, tepatnya setelah pandemi Covid-19 berakhir.
Pertama, kembali ke situasi seperti sebelum COVID-19 tapi dengan pertumbuhan ekonomi relatif rendah. Kedua, situasi normal baru dengan pertumbuhan ekonomi tinggi dan hidup yang lebih nyaman.
Ketiga, pertumbuhan perlahan agar konsumen mengurangi tingkat konsumsi demi kelestarian planet. Keempat, adalah perekonomian yang didorong mengurangi kesenjangan sosial dengan pajak tinggi ala Skandinavia.
Kotler juga mengutip John Maynard Keynes yang merumuskan teori dan praktek makroekonomi yang di tahun 1930 telah memprediksi bahwa di masa depan, karena tingginya otomatisasi akan memunculkan pekerja yang bekerja 15 jam per minggu.
“Tapi dunia juga akan menghadapi tantangan yang bisa mengganggu perekonomian. Mulai dari pandemi, climate change, kesenjangan kekayaan, perubahan teknologi dan polarisasi masyarakat,” ujar Kotler dalam Studium Generale di Unpad Dalam Rangka Rakernas Indonesia Marketing Association (IMA) di Bandung, Jumat (27/5/2022).
Baca Juga
Berbagai tantangan tersebut akan membuat dunia menghadapi jalan yang bercabang ke masa depan. Kotler pun mengutip pemikiran Buckminster Fuller, arsitek yang menjadi futurolog.
“Karena beratnya tantangan, maka ada beberapa pilihan, bermimpi, melupakan atau mencari cara agar bisa bertahan,” lanjut Kotler secara virtual.
Berangkat dari hal tersebut, timbul pertanyaan, bagaimana menghadapi tantangan tersebut di atas atau tantangan lain yang akan muncul dimasa depan?
Kotler membayangkan bahwa pemasaran harus mengubah tujuan dari mendorong konsumsi sebanyak-banyaknya ke mengurangi konsumsi untuk kelestarian planet. Salah satu caranya yakni dengan menerapkan social marketing yang telah dikenalkan Kotler 50 tahun yang lalu.
Banyak yang mungkin membayangkan bahwa penerapan social marketing untuk degrowth itu susah. Tetapi dia menunjukkan bagaimana negara-negara Skandinavia seperti Finlandia, Islandia, Denmark, Swedia dan Norwegia telah menerapkan degrowth secara komprehensif melalui welfare economics atau ekonomi kesejahteraan. Hebatnya, banyak perusahaan kelas dunia yang lahir dari negara-negara tersebut.
Kotler percaya kalau perusahaan tidak mengubah orientasinya mereka akan hancur. Karena itu dia mengusulkan apa yang disebut profitability with sustainability.
Pada acara tersebut, Kotler memberikan perhatian khusus bagi masyarakat Indonesia dengan memberikan tiket gratis sebanyak 2 juta tiket senilai US$200 juta agar dapat mengikuti "World Marketing Summit" secara daring (eWMS) 2022.
Tiket tersebut diserahkan oleh CMO Kotler Impact Fahim Kibria kepada PLT Dirjen Dikti Kemendikbud Ristek Nizam di hari pertama Jakarta Marketing Week ke-10, 18 Mei 2022 di Atrium Mall Kota Kasablanka.
Kotler berharap dengan aksi nyatanya ini pada 27 Mei 2031, yang merupakan 100 tahun kelahirannya, akan ada 1 milyar mahasiswa dan profesional yang menyaksikan World Marketing Summit secara online. Berbeda dengan lagu atau film, upaya Kotler tersebut akan terwujud kalau Kotler memberikan pandangan dan insight yang relevan untuk menghadapi tantangan di masa kini dan masa datang.