Bisnis.com, JAKARTA — Jerman mengeluarkan peraturan darurat penggunaan batu bara dan minyak untuk pembangkit listrik karena terpaksa, jika Rusia menghentikan pengiriman gas alam.
Dilansir Bloomberg pada Selasa (24/5/2022), Menteri Perkeonomian Jerman Robert Habeck mengumumkan keputusan darurat untuk menghidupkan kembali fasilitas menggunakan energi kotor itu jika harus menghadapi kekurangan gas.
Jerman mengambil langkah putus asa untuk tetap menghidupkan lampu di rumah dan kawasan industri besarnya, meskipun hal itu akan meningkatkan jumlah emisi.
Jerman memiliki hampir 6 gigawatt fasilitas pembangkit listrik yang saat ini merupakan bagian dari cadangan nasional. Banyak di antaranya ditutup karena rencana penghapusan batu bara.
"Permintaan untuk tambahan pembangkit listrik bertenaga batu bara hanya akan dilakukan ketika terjadi kekurangan gas atau ada ancaman kekurangan gas dan konsumsi gas di pembangkit listrik harus dikurangi," seperti dikutip dari rencana kebijakan.
Permintaan tersebut dilakukan meski pemerintahan ingin mempercepat rencana penghapusan batu bara pada 2030 dari rencana awal 8 tahun setelahnya.
"Kami harus menyelesaikan penghapusan batu bara di Jerman pada 2030. Ini lebih penting untuk saat ini," seperti disebut dalam keputusan itu.
Untuk mencapainya, pemerintah harus memperkuat tindakan pencegahan dan menjaga pembangkit listrik tenaga batu bara dalam cadangan lebih lama untuk jangka pendek.
Perusahaan energi di Jerman, Uniper mengatakan dapat menghidupkan pembangkit listrik batu bara sebanyak 3 gigawatt untuk memperkuat keamanan pasokan.
Sementara RWE AG mengatakan sedang mengkaji pembangkit listrik mana yang dapat dihidupkan kembali. Jerman saat ini memiliki 4,3 gigawatt pembangkit batu bara dan 1,6 gigawatt fasilitas minyak sebagai cadangan.
Kendati demikian, menjaga pasokan energi untuk negara dengan perekonomian terbesar di Eropa ini tidak mudah. Eropa sendiri juga masih bergantung kepada Rusia untuk kebutuhan batu bara.
Perlu diketahui, Eropa membeli dua jenis batu bara dari Rusia, yakni batu bara thermal yang digunakan untuk menghidupkan pembangkit listrik dan batu bara metalurgi yang digunakan untuk proses produksi baja.
Rusia bahkan berkontribusi pada impor batu bara thermal untuk Uni Eropa hingga 70 persen, di mana Jerman dan Polandia termasuk yang tertinggi.
Di sisi lain, Eropa harus merogoh kocek lebih dalam untuk mendapatkan batu bara dari tempat lain seperti Afrika Selatan dan Australia.
Pemerintah mengatakan pembangkit listrik batu bara akan kembali diaktifkan jika Presiden Rusia Vladimir Putin mengancam pemangkasan aliran gas.
Keputusan darurat juga dapat memberikan jalan bagi pemerintah untuk mengaktifkan fasilitas batu bara tanpa persetujuan dari parlemen hingga enam bulan. Pembangkit listrik sekarang akan menjadi bagian dari cadangan hingga 31 Maret 2024.