Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) tengah bersiap untuk menyongsong masa transisi menuju endemi Covid-19 yang menjadi sinyal pemulihan ekonomi Tanah Air.
Wakil Ketua Umum Apindo Shinta Widjaja Kamdani mengatakan pemulihan akan berlangsung baik sepanjang masa transisi tersebut terus menurunkan atau setidaknya menstabilkan penyebaran Covid-19 secara konsisten tanpa insiden lonjakan yang fatal.
Harapannya, tidak ada lagi angka penyebaran tinggi, kematian tinggi, atau tingkat kebutuhan rawat inap di RS tinggi hingga terjadi kelangkaan layanan.
“Bila transisi endemi bisa berjalan dengan baik tanpa repercussion, kami sangat yakin normalisasi kegiatan ekonomi & pertumbuhan bisa digenjot maksimal,” ungkap Shinta, Rabu (18/5/2022).
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo telah memutuskan untuk melonggarkan kebijakan pemakaian masker dan tidak berlakunya lagi syarat PCR dan Antigen bagi pelaku perjalanan dalam dan luar negeri.
Kondisi ini tentunya menjadi sinyal baik bagi para pengusaha untuk memperkuat usahanya yang sudah berjuang selama pandemi dua tahun terakhir.
Sinyal pemulihan pun terlihat dari pertumbuhan ekonomi tercatat mencapai 5,01 persen (year-on-year/yoy) pada kuartal I/2022 yang didukung kuatnya konsumsi dan investasi di Tanah Air.
Sementara itu, pengusaha, menurut Shinta, masih mengharapkan adanya stimulus dan insentif baik untuk masyarakat dan pengusaha itu sendiri.
“Stimulus konsumsi kepada masyarakat dan konsumen seperti BLT, subsidi upah pekerja, atau insentif pajak atas konsumsi tertentu. Ini khususnya sangat penting untuk menjaga daya beli masyarakat di tengah kondisi inflasi tinggi,” lanjut Shinta.
Bagi pengusaha, stimulus terkait kredit usaha masih diperlukan bagi UMKM dan perusahaan yang terkena imbas sepanjang sepanjang pandemi dan perlu waktu lebih lama untuk pulih sepenuhnya. Khususnya, perluasan stimulus kredit modal kerja dengan bunga atau collateral yang terjangkau untuk UMKM dan perusahaan tersebut.
“Stimulus ini diharapkan bisa meringankan beban masyarakat dan pelaku usaha untuk menggenjot kinerja ekonomi ketika terdapat banyak faktor yang memberatkan pertumbuhan dari sisi kondisi geopolitik dan ketidakpastian di pasar global,” tambah Shinta.
Shinta mengungkapkan bahwa sejauh ini strategi pelaku masih sama, yakni memastikan tingkat vaksinasi pekerja setinggi mungkin, seluruh prokes di tempat kerja dijalankan sesuai ketentuan yang berlaku. Selain itu, pengusaha juga harus memberikan fleksibilitas kepada pekerja untuk WFH-WFO bila terdapat indikasi penyebaran Covid-19.
“Terkait kesiapan untuk melakukan pelonggaran, menurut hemat kami sebaiknya kesiapan tidak dilihat berdasarkan sektor usahanya, tetapi dilihat dari parameter penciptaan herd immunity di tempat kerja. Jadi sebaiknya perusahaan yang 80-90 persen pekerjanya sudah divaksinasi penuh, bahkan sudah menerima booster, bisa dilonggarkan aktivitasnya terlebih dulu,” tekannya.