Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kinerja Ekspor Cetak Rekor, Transaksi Berjalan Berpotensi Cetak Surplus Kecil Tahun Ini

Adapun secara akumulatif, neraca perdagangan sepanjang Januari-April 2022 mencatatkan surplus sebesar US$16,89 miliar, lebih besar dari surplus pada 4 bulan pertama pada 2021 yang hanya US$7,81 miliar.
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (15/2/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (15/2/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Neraca transaksi berjalan (current account balance) Indonesia diperkirakan melanjutkan tren surplus kecil pada akhir tahun 2022, terutama didorong kinerja ekspor yang diperkirakan masih akan meningkat tinggi.

Pada April 2022, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan surplus neraca perdagangan Indonesia meningkat tinggi, yaitu mencapai US$7,56 miliar, dan merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah Indonesia.

Surplus tersebut didorong oleh kinerja ekspor yang tumbuh sebesar 47,76 persen secara tahunan dengan nilai mencapai US$27,32 miliar, sementara impor tumbuh 21,97 persen secara tahunan dengan mencapai US$19,76 miliar.

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman mengatakan bahwa angka realisasi surplus ini jauh lebih tinggi dari perkiraan konsensus pasar sebesar US$4,00 miliar.

Adapun secara akumulatif, neraca perdagangan sepanjang Januari-April 2022 mencatatkan surplus sebesar US$16,89 miliar, lebih besar dari surplus pada 4 bulan pertama pada 2021 yang hanya US$7,81 miliar.

Faisal memperkirakan, surplus neraca barang pada neraca transaksi berjalan hingga akhir tahun akan menyusut karena impor akan mengejar ekspor, seiring dengan percepatan pemulihan ekonomi.

Pada sisi lain, perang Rusia dan Ukraina telah memperpanjang tren kenaikan harga komoditas di tengah krisis energi global yang sedang berlangsung.

Oleh karena itu, kondisi ini menurutnya akan terus mendukung kinerja ekspor dan menjaga surplus cukup lama karena ekspor utama Indonesia sebagian besar adalah komoditas, terutama batu bara dan CPO.

Namun, dia mengatakan larangan ekspor bahan baku minyak goreng sejak akhir April 2022 juga dapat menurunkan kinerja ekspor sampai taraf tertentu.

“Ekspor CPO berkontribusi sekitar 13 persen terhadap total ekspor. Lama pelarangan kemudian akan menentukan dampak kebijakan pada neraca barang di sisa tahun 2022,” katanya, Selasa (17/5/2022).

Dengan demikian, Faisal memperkirakan neraca transaksi berjalan pada tahun ini masih berpotensi mencatat surplus kecil, melanjutkan surplus tahun lalu sebesar 0,28 persen dari PDB.

“Kami memutuskan untuk merevisi perkiraan neraca transaksi berjalan kami untuk tahun 2022 dari -2,15 persen dari PDB menjadi 0,03 persen dari PDB, atau dari defisit menjadi surplus kecil,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper