Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) memproyeksikan nilai ekspor batu bara bakal tetap tertahan tinggi hingga akhir 2022. Kendati terjadi tekanan harga karena pasokan global yang mulai pulih, harga batu bara acuan atau HBA sudah dipatok tinggi sejak April 2022 di posisi US$288,40 per ton.
Direktur Eksekutif APBI Hendra Sinadia mengatakan komoditas emas hitam bakal tetap menjadi tumpuan neraca perdagangan dari sektor pertambangan. Hendra beralasan rata-rata HBA pada tahun ini bakal berkisar di angka US$180 per ton atau terpaut US$60 dari pencatatan sepanjang tahun lalu di kisaran US$121 per ton.
“Meski harga batu bara akan tertekan di kuartal kedua karena pasokan sudah lancar di China dan India produksi kembali naik tetapi permintaan sudah berkurang karena negara pengimpor sudah memasuki musim semi dan panas,” kata Hendra melalui sambungan telepon, Selasa (17/5/2022).
Hendra mengatakan harga komoditas emas hitam itu bakal tetap tertahan tinggi lantaran sentimen geopolitik global terkait dengan Perang Rusia-Ukraina masih berlanjut pada tahun ini. Sentimen itu, kata Hendra, ikut mengungkit naik harga batu bara menyusul tindakan embargo blok barat terhadap pasokan energi dari Rusia.
“Karena faktor-faktor itu saling terkait, kita tidak bisa prediksi Rusia menyerang Ukraina, Uni Eropa menghentikan pasokan batu bara dari Rusia dan Blok Barat mengembargo minyak dari Rusia,” kata dia.
Dengan demikian, dia mengatakan, faktor geopolitik global bakal tetap menahan harga batu bara tertahan tinggi kendati terjadinya pemulihan pasokan di sejumlah negara produsen utama seperti China, Australia dan Indonesia.
Baca Juga
“Secara rata-rata harga di HBA lebih tinggi dibandingkan tahun lalu sehingga dari penerimaan negara atau neraca perdagangan kita kontribusi batu bara akan lebih baik pada tahun ini ketimbang tahun lalu,” tuturnya.
Badan Pusat Statistik mencatat ekspor nonmigas menyumbang 94,75 persen dari total ekspor pada April 2022. Nilai ekspor pada April sendiri mencapai US$27,32 miliar atau naik 3,11 persen (month-to-month) dibandingkan dengan periode Maret 2022.
Nilai ekspor non migas ini jika dibanding pada periode yang sama tahun tercatat melonjak 47,76 persen (year-on-year/yoy). Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) mengatakan ekspor pada bulan April rinciannya komoditas nomigasnya yakni ada pertanian, kehutanan dan perikanan. Kemudian industri pengolahan dan pertambangan dan lainnya.
“Secara mtm ada sektor pertambangan yang mengalami peningkatan sebesar 18,58 persen. Hal itu dikarenakan kenaikan komoditas batu bara, harganya meningkat namun volumenya turun yakni 9,46 persen,” ujar Margo dalam siaran pers virtual, Selasa (17/5/2022).