Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut bahwa konflik Rusia dan Ukraina menambah beban perekonomian global untuk dapat pulih, setelah terlebih dahulu terpukul oleh pandemi Covid-19. Akibat perang itu, upaya pemulihan ekonomi harus bertambah hingga dua bahkan tiga kali lipat.
Hal tersebut disampaikan oleh Sri Mulyani dalam gelaran seminar Digital Transformation for Financial Inclusion of Women, Youth, and MSMEs to Promote Inclusive Growth. Seminar yang menjadi bagian dari rangkaian pertemuan G20 itu berlangsung pada Rabu (11/5/2022) petang.
Menurutnya, pandemi Covid-19 menambah kompleksitas masalah perekonomian global, setelah adanya tantangan dari dampak perang dingin Amerika Serikat dan China pada 2019. Pemulihan ekonomi dunia pun berada dalam kondisi yang rentan.
Keadaan itu semakin rumit ketika konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina pecah. Harga energi melonjak, harga komoditas terkerek naik, perdagangan dan perekonomian global pun terganggu, bahkan kini terjadi inflasi yang cukup tinggi di berbagai belahan dunia.
"Konflik geopilitik menciptakan tantangan yang lebih bagi pemulihan kita," ujar Sri Mulyani pada Rabu (11/5/2022).
Dia menyebut bahwa pemulihan ekonomi saat ini membutuhkan usaha yang sangat besar, tak cukup dengan langkah biasa. Upaya pemulihan ekonomi pun memerlukan langkah bersama secara globa, di antaranya melalui forum ekonomi seperti G20.
Baca Juga
"Oleh karena itu, presidensi G20 Indonesia berupaya agar tercapai recover together, recover stronger, sehingga usaha kita harus menjadi double, atau bahkan triple," katanya.
Menurutnya, dalam kondisi yang sulit ini seluruh negara harus dapat memastikan kelompok masyarakat paling rentan dan paling tidak terjangkau dalam layanan keuangan mampu bangkit dari tekanan ekonomi. Sri Mulyani memandang bahwa kelompok itu terdiri dari para perempuan, anak muda, serta pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).