Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kenaikan Harga Rumah Subsidi 7 Persen Dinilai Memberatkan

Rencana kenaikan harga rumah subsidi sebesar 7 persen dinilai memberatkan bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
Suasana pembangunan rumah subsidi di Bogor, Jawa Barat, Selasa (11/1/2021). Bisnis/Abdurachman
Suasana pembangunan rumah subsidi di Bogor, Jawa Barat, Selasa (11/1/2021). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA – Harga rumah subsidi bakal naik sebesar 7 persen pada tahun ini. Rencana kenaikan harga rumah subsidi ini diungkapkan oleh DPP Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia (REI).

Ketua Umum DPP REI, Pulus Totok Lusida mengatakan bahwa bahwa berdasarkan sosialisasi dari Kementerian PUPR, harga rumah subsidi akan naik 7 persen pada tahun ini.

Totok menuturkan, kenaikan harga rumah subsidi disebabkan terjadinya kenaikan bahan material bangunan yang cukup tinggi.

"Akibat perang dan terhambatnya logistik, harga bahan material bangunan semakin naik harganya, material besi misalnya naik dari Rp6.500 sekarang sudah Rp14.000. Selain itu harga semen juga naik. Oleh sebab itu harga rumah subsidi harus disesuaikan," kata Totok kepada Bisnis, Selasa (10/05/2022)

Sementara itu, Direktur CELIOS (Center of Economic and Law Studies) Bhima Yudhistira menilai rencana kenaikan harga rumah bersubsidi sebesar 7 persen pada tahun ini dinilai tak ideal. Kenaikan tersebut dinilai terlalu tinggi, karena rumah bersubsidi menyasar masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).

Bhima mengatakan keputusan menaikkan atau menahan harga rumah subsidi di saat biaya material naik merupakan pilihan dilematis.

“Tapi pertimbangan lain adalah beban masyarakat saat ini khususnya pembeli rumah primer cukup berat. Harga-harga pangan dan energi yang naik menjadi beban bagi pekerja yang upahnya tidak jauh dari UMR untuk memiliki rumah,” kata Bhima kepada Bisnis, Selasa (10/5/2022).

Bhima menyarankan agar pemerintah dan pengembang memperhitungkan kembali biaya yang bisa dihemat atau perlu penambahan alokasi subsidi sehingga kenaikan harga masih bisa dicegah.

“Jika harga rumah subsidi rata rata asumsinya 150 juta per unit maka kenaikan 7 persen berarti ada biaya tambahan Rp11,7 juta. Cukup terasa juga kalau sasaran nya MBR,” ucap Bhima.

Dia memproyeksikan bahwa pada semester II tahun ini, inflasi bisa terjadi secara simultan di sektor pangan dan energi.

“Kondisi existing sudah membuat konsumen rumah subsidi mempertimbangkan kemampuan membayar cicilan. Ditambah harga rumah naik 7 persen tentu bisa pengaruhi minat mereka yang benar benar menjadi target rumah bersubsisi,” ungkapnya.

Bhima melanjutkan, di saat yang bersamaan, muncul risiko naiknya suku bunga KPR. Apalagi 75,6 persen pembeli rumah menggunakan fasilitas KPR, di luar fasilitas subsidi akan terkena dampak naiknya suku bunga.

“Jadi menahan harga rumah subsidi sepanjang 2022 bagaimana pun juga tetap pilihan yang rasional agar sektor properti bisa bangkit,” tegas Bhima.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper