Bisnis.com, JAKARTA – Kebijakan relaksasi yang memudahkan masuknya wisatawan mancanegara ke Indonesia mendorong peningkatan okupansi hotel, khususnya di daerah wisata seperti Bali.
Wakil Ketua PHRI Bali I Gusti Agung Rai Suryawijaya mengatakan, okupansi hotel di Bali melonjak drastis usai adanya kelonggaran aturan wisatawan mancanegara masuk ke Indonesia.
“Tingkat okupansi hotel mengalami kenaikan cukup tinggi, yakni dari 30 persen pada bulan lalu naik menjadi 60 persen pada momen libur lebaran tahun ini,” kata Surya kepada Bisnis, Senin (9/5/2022).
Berdasarkan data dari BPS, okupansi hotel di Bali hingga Februari 2022 hanya mencapai 14,86 persen saja.
Surya menyebutkan, lonjakan drastis okupansi hotel di Bali tidak hanya dipicu oleh kunjungan turis lokal selama libur Lebaran saja, melainkan juga wisatawan asing yang berangsur-angsur datang ke Bali.
“Berdasarkan konfirmasi dari pesawat yang menyediakan direct flight dari luar negeri ke Bali, kunjungan turis mancanegara sudah mencapai 4.000 orang,” jelas Surya.
Menurut Surya, turis asal Australia mendominasi kunjungan wisawatan asing di Bali. Turis Australia berkontribusi sebesar 26 persen dari keseluruhan turis mancanegara, sebanyak 1,2 juta orang.
“Turis asal Australia mendominasi karena adanya penerbangan direct dari Perth ke Denpasar yang hanya memakan waktu 3 jam. Untuk penerbangan dari Sydney, Melbourne, dan Brisbane ke Denpasar durasinya 6 jam. Bali sudang dianggap second home bagi turis Australia, berwisata ke Bali lebih efisien daripada di negaranya,” ujarnya.
Selain itu, adanya relaksasi aturan mengenai tes PCR dan karantina juga memudahkan kedatangan turis asing ke Bali.
“Wisatawan yang tidak suspect Covid-19 sekarang tidak perlu tes PCR,” imbuhnya.
Surya mengatakan, adanya kemudahan mendapatkan visa on arrival (VOA) dari pemerintah untuk 46 negara, kebijakan bebas visa bagi turis asal Asean, serta promosi dan kerja sama dengan maskapai penerbangan internasional turut meningkatkan okupansi hotel oleh turis asing.
“Adanya promosi harga khusus, keamanan, kenyamanan, dan servis yang baik mempercepat pulihnya sektor perhotelan di Bali,” katanya.
Surya mengatakan, kondisi okupansi hotel oleh wisatawan lokal selama Lebaran sudah mencapai kondisi sebelum pandemi. Akan tetapi, okupansi hotel oleh wisatawan asing masih belum pulih.
“Kami prediksi tahun 2022 belum bisa pulih. Tahun 2023 baru full recovery, tergantung pada situasi dan kondisi global,” ujar Surya.
Kendati demikian, pihaknya optimis Bali dapat menjadi the most popular destination in the world.
“Kami optimis Bali bisa menjadi destinasi wisata nomor satu di dunia, mengalahkan London, Paris, dan Yunani,” ungkapnya.