Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Lebaran Bisa Angkat Inflasi April 2022 Lebih Dari 3 Persen

Inflasi pada April 2022 diprediksi mencapai 3,46 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), dipengaruhi oleh faktor musiman menjelang lebaran Idulfitri.
Pedagang menata sayuran yang dijual di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Senin (27/1/2020)./ ANTARA - Sigid Kurniawan
Pedagang menata sayuran yang dijual di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Senin (27/1/2020)./ ANTARA - Sigid Kurniawan

Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah ekonom memperkirakan tingkat inflasi pada April 2022 akan melebihi 3 persen secara tahunan (year-on-year).

Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. David Sumual memprediksi inflasi pada bulan lalu akan mencapai 3,46 persen yoy. Dia menjelaskan kenaikan harga dipengaruhi faktor musiman seperti periode jelang lebaran Idulfitri, terutama kenaikan harga pangan, transportasi dan komoditas.

"Tambahan lagi ada lockdown di China, mungkin ekspektasinya [pengaruh ke inflasi] belum sekarang ya," kata David kepada Bisnis, Kamis (5/5/2022),.

Dia menambahkan kedepannya sentimen lockdown di China akan berpengaruh ke perekonomian Indonesia lantaran distribusi pasokan barang, bahan baku, material, termasuk barang konsumsi menjadi terhambat. Setidaknya, dampak lockdown tersebut akan mulai terasa di Indonesia pada semester II/2022.

Dalam setahun penuh 2022, David memperkirakan inflasi akan tembus di atas 4 persen. Dia menunjukkan beberapa pemicu inflasi di antaranya dari kenaikan harga yang diatur pemerintah seperti harga gas LPG 3 kilogram, tarif listrik, tarif tol dan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite.

"Dengan kebijakan itu tentu [inflasi] bisa lebih tinggi lagi, jadi sekarang pun perkiraan saya tembus di atas 4 persen untuk tahun ini. Tapi untuk apakah bisa lebih tinggi lagi, tergantung harga-harga yang ditetapkan pemerintah. Apakah tetap atau ada penyesuaian di semester II/2022,," ungkapnya.

Senada, Ekonom PT Bank Permata Tbk. Josua Pardede menyatakan peningkatan inflasi pada April 2022 dipengaruhi oleh seluruh komponen inflasi baik inflasi inti, harga bergejolak (volatile food) dan harga diatur pemerintah (administered price).

Kenaikan inflasi harga bergejolak sejalan dengan kenaikan harga komoditas pangan terutama pada bulan Ramadan dan menjelang Idulfitri dimana beberapa komoditas pangan yang mendorong inflasi antara lain daging ayam, daging sapi, telur ayam, minyak goreng, bawang putih dan gula.

Sementara itu, kata Josua, terdapat beberapa komoditas pangan yang mengalami penurunan harga seperti bawang merah, cabai merah dan cabai rawit yang membatasi kenaikan inflasi harga bergejolak.

Selain kenaikan harga yang bergejolak, kenaikan inflasi harga diatur pemerintah akan didorong oleh kenaikan harga Pertamax serta kenaikan tarif transportasi udara sejalan dengan permintaan yang meningkat dalam rangka mudik.

"Inflasi inti pada bulan April juga diperkirakan akan meningkat 2,6 persen yoy dari bulan sebelumnya 2,37 persen yoy, sejalan dengan peningkatan konsumsi domestik pada bulan Ramadhan. Selain itu, kenaikan tarif PPn juga berkontribusi pada kenaikan inflasi bulan April," kata dia kepada Bisnis, Kamis (5/5/2022). 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ni Luh Anggela
Editor : Dwi Nicken Tari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper