Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) memastikan ketersediaan bahan bakar minyak atau BBM selama arus Mudik lebaran tahun ini relatif aman. Kepala BPH Migas Erika Retnowati mengatakan ketahanan rata-rata pasokan seluruh jenis BBM dapat mencapai 21 hari hingga awal Mei 2022 nanti.
Perinciannya, ketahanan BBM jenis Pertalite dapat mencapai 17,47 hari, Pertamax sebanyak 32,30 hari, Pertamax Turbo mencapai 59,86 hari, Solar sebesar 21,85 hari, Dexlite mencapai 1,96 hari dan DEX hingga 72,03 hari. Sementara, stok untuk Avtur dapat bertahan hingga 37,18 hari ke depan.
“Jadi bisa dipastikan selama masa Mudik lebaran ini stok BBM kita cukup aman, tersedia untuk semua masyarakat yang membutuhkan,” kata Erika saat mengadakan konferensi pers, Senin (25/4/2022).
Adapun BPH Migas memproyeksikan bakal terjadi peningkatan permintaan untuk gasoline sekitar 5 persen selama masa arus Mudik lebaran 25 April hingga 11 Mei 2022 akibat pelonggaran kebijakan Mudik tahun ini.
Di sisi lain, Erika mengatakan, permintaan pada gasoil diprediksi bakal turun hingga 5 persen akibat pembatasan kegiatan untuk kendaraan logistik dan juga truk besar. Nantinya, kendaraan logistik dan truk besar itu akan dilarang untuk melintas sepanjang jalan tol dan non tol selama masa arus mudik.
“Di dalam fase ini akan ada peningkatan dari pada kebutuhan masyarakat untuk gasoline sekitar 5 persen karena peningkatan arus mudik terutama didominasi oleh mobil-mobil pribadi dan juga sepeda motor,” kata dia.
Baca Juga
Adapun kondisi ketersediaan stok LPG selama masa arus mudik lebaran juga relatif normal. Ketahanan rata-rata dari stok LPG mencapai 13 hari per 23 April 2022. Adapun proyeksi penyaluran LPG secara umum rata-rata naik sekitar 3 persen dibandingkan dengan rata-rata penyaluran normal.
Sebelumnya, kelangkaan solar subsidi belakangan ini ditengarai merupakan imbas dari disparitas harga yang lebar antara solar subsidi dan nonsubsidi. Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menduga ada peralihan konsumsi oleh kalangan usaha dari solar nonsubsidi ke subsidi sehingga menyebabkan kelangkaan solar.
“Kalau dilihat penjualan ke industri turun tapi di ritel naik, jadi ada perpindahan,” kata Nicke setelah memantau penjualan bahan bakar minyak (BBM) di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU), Palembang, Sumatera Selatan, dikutip dari Antara, Minggu (3/4/2022).
Menurutnya, kondisi ini perlu diantisipasi dengan regulasi karena industri besar tidak diperkenankan menggunakan minyak solar subsidi.