Bisnis.com, JAKARTA — AirAsia Aviation Group menyangsikan harga tiket pesawat yang lebih murah dibandingkan dengan harga tes Covid-19 di beberapa negara di Asia. Hal ini diniai menjadi salah satu penghalang pemulihan pergerakan penumpang internasional.
CEO AirAsia Aviation Group Bo Lingam berpendapat hal tersebut membebani wisatawan dari kalangan biasa yang dilayani oleh maskapai karena biaya perjalanan udara secara keseluruhan menjadi lebih besar. Menurutnya, persyaratan tes, termasuk jumlah dan jenis tes yang diperlukan sepertinya juga harus terus ditinjau agar tetap relevan, di satu sisi tidak membebani wisatawan, dan di sisi lain tetap dapat melindungi kesehatan masyarakat.
“Sangat menyedihkan ketika harga tiket pesawat kami bisa lebih murah daripada tes Covid-19 dipersyaratkan oleh beberapa negara di Asia. Persyaratan tes, termasuk jumlah dan jenis tes yang diperlukan sepertinya juga harus terus ditinjau agar tetap relevan, di satu sisi tidak membebani wisatawan, dan di sisi lain tetap dapat melindungi kesehatan masyarakat,” ujarnya melalui keterangan resmi, Minggu (24/4/2022).
Menurutnya, persyaratan tes, termasuk jumlah dan jenis tes yang diperlukan sepertinya juga harus terus ditinjau agar tetap relevan, di satu sisi tidak membebani wisatawan, dan di sisi lain tetap dapat melindungi kesehatan masyarakat.
Tak hanya itu, dia juga menilai masalah utama lain yang sering dihadapi oleh penumpang pesawat udara adalah dokumen tambahan dan syarat izin masuk yang tidak sama di berbagai negara. Bo Lingam menilai hal tersebut harus segera ditinjau karena proses ini cenderung duplikatif dan menyebabkan kebingungan. Selain itu juga persyaratan asuransi perjalanan Covid-19 yang sedikit ‘berlebihan’ dan masih diberlakukan oleh banyak negara.
Terkait dengan hal tersebut, dia pun mengapresiasi Singapura, Kamboja, Australia, dan India yang telah memberikan contoh dengan menghapus persyaratan ini untuk menarik lebih banyak kunjungan wisatawan ke negaranya,
Baca Juga
“Kami juga sangat senang dengan negara-negara seperti Kamboja dan India yang telah sepenuhnya menghapus persyaratan tes dan mengurangi jumlah dokumen persyaratan untuk pengajuan izin masuk, serta negara-negara seperti Thailand, Indonesia, Vietnam, Singapura, Australia, dan Filipina yang hanya menerapkan satu kali tes Covid-19, baik sebelum keberangkatan atau pada saat kedatangan,” imbuhnya.
Saat ini, kata dia, Malaysia adalah satu-satunya negara di Asean yang masih membutuhkan dua kali tes, baik sebelum keberangkatan dan saat kedatangan, dan kami sangat berharap Pemerintah Malaysia akan segera mempertimbangkannya kembali.
Dia pun tetap optimistis bahwa pemulihan global dalam perjalanan udara sedang berlangsung. Oleh karenanya dia menyikapi secara positif terhadap beberapa negara telah membuat perjalanan lebih mudah dan lebih ramah bagi wisatawan. Di sisi lain, dia juga masih melihat ada negara-negara yang alih-alih mengelola pandemi dengan baik malah menjadi terlalu ketat mengunci dirinya dari luar, yang justru berisiko kehilangan potensi ekonomi yang signifikan.
Adapun strategi AirAsia dalam rangka mendukung pemulihan perjalanan udara adalah untuk berinovasi agar perjalanan udara menjadi terjangkau dan tidak membebani bagi para tamu. Dia mencontohkan salah satunya dengan menerapkan prosedur nirsentuh sepenuhnya di bandara dan juga di udara.
“Kami juga akan terus bekerja sama dengan pemerintah, regulator dan mitra industri di berbagai negara di Asia dan Pasifik dan berterima kasih atas dukungan mereka sembari kami bekerja sama untuk mengurangi potensi hambatan terhadap perjalanan udara agar dapat menstimulasi permintaan dan membantu menggeliatkan kembali perekonomian secara keseluruhan,” tekannya.