Bisnis.com, JAKARTA — Gubernur Bank sentral Rusia Elvira Nabiullina akan mempertimbangkan pelonggaran kebijakan moneter dalam beberapa bulan mendatang seiring dengan sanksi dari negara Barat yang telah memukul ekonomi mereka.
Dilansir Bloomberg pada Kamis (21/4/2022), dalam pedoman yang ditetapkan bulan ini, Nabiullina mengatakan kenaikan darurat hanya diperlukan pada tahap paling akut dari krisis yang dipicu oleh sanksi internasional yang dijatuhkan karena perang.
Bank of Russia menurunkan benchmark menjadi 17 persen dari 20 persen pada pertemuan tak terjadwal 8 April.
"Seiring dengan situasi pasar keuangan stabil karena tekanan inflasi melonggar, kami mulai memangkas suku bunga acuan," ujar Nabiullina di depan anggota dewan.
Nabiullina telah menjabat posisi gubernur bank sentral selama 5 tahun. Dia adalah veteran dalam menghadapi berbagai krisis yang telah terjadi sejak 2013.
Dia tengah menyusun kembali kebijakan yang berfokus pada inflasi dan mengumpulkan cadangan devisa. Seiring inflasi yang mendekati 20 persen, bank sentral akan meninjau suku bunga pada 29 April.
Sementara itu di Indonesia, Bank Indonesia tetap memertahankan suku bunga acuan sebesar 3,5 persen. Akan tetapi sejumlah pengamat memperkirakan suku bunga akan dikerek naik pada kuartal II/2022, seiring dengan kebijakan dari negara-negara lain.