Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Polemik Minyak Goreng, Gapki: Produksi CPO Terus Turun

Produksi CPO pada Februari 2022 mencapai 3,50 juta ton dan CPKO sebesar 301.000 ribu ton. Agka tersebut lebih rendah dari produksi Januari sebesar 3,86 juta ton untuk CPO dan 365.000 ton untuk CPKO.
Konsumen melihat stok minyak goreng aneka merek tersedia di etalase pasar swalayan Karanganyar pada Kamis (17/3/2022)/ Solopos.com-Indah Septiyaning Wardani.
Konsumen melihat stok minyak goreng aneka merek tersedia di etalase pasar swalayan Karanganyar pada Kamis (17/3/2022)/ Solopos.com-Indah Septiyaning Wardani.

Bisnis.com, JAKARTA - Di tengah polemik minyak goreng yang melibatkan tindak suap, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mencatat terjadi penurunan produksi crude palm oil (CPO) dan crude palm kernel oil (CPKO) pada Februari 2022.

Ketua Umum Gapki Joko Supriyono mengatakan segala permasalahan minyak goreng di dalam negeri berpangkal pada kendala suplai dan permintaan di pasar global. Suplai minyak nabati yang mengetat tak berbanding lurus dengan permintaan yang melonjak.

Gapki mencatat produksi CPO pada Februari 2022 mencapai 3,50 juta ton dan CPKO sebesar 301.000 ribu ton. Agka tersebut lebih rendah dari produksi Januari sebesar 3,86 juta ton untuk CPO dan 365.000 ton untuk CPKO.

"Sementara suplai minyak nabati global mengalami pengetatan, suplai minyak sawit juga sama. Ternyata di pasar global pasar ketat, dan pasar sawit kita tidak seperti yang kita harapkan," kata Joko di Jakarta, Selasa (19/4/2022).  

Sementara itu, konsumsi dalam negeri untuk pangan pada Februari 2022 sebesar 489.000 ton, lebih rendah 17,3 persen dibandingkan Januari sebesar 591.000 ton.

Adapun, konsumsi oleokimia pada Februari mencapai 178.000 ton dan biodiesel 710.000. Dibandingkan dengan konsumsi Januari, masing-masing mengalami penurunan 2,7 persen dan 3 persen.

"Kami juga tidak terlalu senang karena kemudian eksesnya justru yang kemana-mana," lanjutnya.

Harga yang tinggi dan produksi yang menurun juga menekan kinerja ekspor yang pada Februari mencapai 2,09 juta ton, lebih rendah 3,7 persen dibandingkan Januari sebesar 2,17 juta ton. Walaupun harga bergerak naik, nilai ekspor kelapa sawit pada Februari juga mengalami penurunan 0,6 persen menjadi US$2,79 miliar.

Penurunan ekspor yang besar terjadi untuk tujuan Afrika 134.700 ton dari bulan sebelumnya 278.100 ton. Selanjutnya, ekspor ke Filipina juga turun 55 persen, menyusul kemudian ke Rusia turun 7,8 persen.

Adapun yang mengalami kenaikan yakni ekspor untuk tujuan Belanda, China, India, Bangladesh dan Malaysia, masing-masing tumbuh 42,21 persen, 21,7 persen, 16,12 persen, 43,9 persen, dan 27,2 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper