Bisnis.com, JAKARTA-Kementerian Perdagangan (Kemendag) pada tahun ini mengatakan akan terus menggenjot ekspor non komoditas di tengah moncernya ekspor komoditas pada Maret tahun ini. Pasalnya, Kemendag menyadari jika situasi pasar tengah menguntungkan devisa ekspor Indonesia, namun kondisi ini tidak akan seterusnya terjadi.
Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BP3) Kemendag Kasan Muhri mengakui selama ini Indonesia memang masih mengandalkan ekspor komoditas yang sangat dipengaruhi oleh tingkat harga yang cenderung fluktuatif. Untuk meningkatkan ekspor non komoditas, pihaknya pun sudah menyusun langkah kerja bersama.
“Untuk mencapai hal tersebut, dalam raker lalu telah dirumuskan beberapa rencana aksi yang akan dilakukan pada tahun ini,” ujar Kasan saat dihubungi Bisnis, Selasa (19/4/2022). Namun, Kasan tak merinci rencana aksi yang telah disusun tersebut.
Selain itu, Kasan mengatakan pihaknya pun akan menindaklanjuti arahan Presiden Joko Widodo untuk meningkatkan penggunaan produk dalam negeri, dengan mendorong pengurangan ketergantungan terhadap impor atau substitusi impor barang yang bisa diproduksi di dalam negeri.
Hal tersebut, lanjut Kasan, juga upaya antisipasi impor bahan baku yang mengalami kenaikan cukup besar yang diikuti oleh kenaikan harga. “Antisipasinya, dengan melakukan pengurangan ketergantungan terhadap impor atau melakukan substitusi impor barang untuk bahan baku yang bisa diproduksi di dalam negeri,” tuturnya.
Surplus neraca perdagangan kita terus mengalami penguatan hingga bulan Maret tahun ini. Secara kumulatif selama triwulan pertama 2022, surplus neraca perdagangan mencapai US$D 9,33 Miliar, lebih tinggi dari surplus pada periode yang sama tahun 2021 lalui yang hanya mencapai US$D 5,52 Miliar.
Baca Juga
Menurut data BPS, nilai ekspor pada Maret 2022 tercatat US$26,50 miliar dan nilai impor hanya US$21,97 miliar. Kepala BPS Margo Yuwono menyatakan bahwa tingginya pertumbuhan ekspor nonmigas pada Maret 2022 menyebabkan surplus neraca perdagangannya turut terdongkrak.
Dampak krisis Rusia-Ukraina yang mengakibatkan kenaikan harga komoditas memberikan keuntungan bagi capaian nilai ekspor produk utama Indonesia seperti CPO, batubara, nikel dan besi baja.
“Selain faktor harga, secara agregrat ekspor kita juga mengalami peningkatan seiring dengan sedang terjadinya pemulihan permintaan global,” jelas Kasan.