Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Surplus Neraca Dagang Bakal Melandai Setelah Mei 2022, Ini Penyebabnya

LPEM FEB UI memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Maret 2022 sebesar US$3,95 miliar atau naik tipis dari torehan bulan sebelumnya di angka US$3,83 miliar.
Ilustrasi - Proses pemuatan batu bara ke tongkang di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu (13/10/2021). /Bloomberg-Dimas Ardian
Ilustrasi - Proses pemuatan batu bara ke tongkang di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu (13/10/2021). /Bloomberg-Dimas Ardian

Bisnis.com, JAKARTA — Lembaga Penyelidikan ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) memproyeksikan surplus neraca perdagangan bakal kembali landai setelah Mei 2022.

LPEM FEB UI memastikan neraca perdagangan bakal tetap mencatatkan surplus pada pencatatan Maret dan April 2022 lantaran pemulihan ekonomi domestik yang mendorong aktivitas impor belum bergerak signifikan.

Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky mengatakan lembagannya memproyeksikan surplus neraca perdagangan pada Maret 2022 sebesar US$3,95 miliar atau naik tipis dari torehan bulan sebelumnya di angka US$3,83 miliar.

“Karena harga komoditas masih tinggi-tingginya dan juga memang sejak pecah konflik Rusia dan Ukraina ini surplus neraca dagang kita ditopang oleh produk-produk komoditas seperti batubara dan CPO,” kata Riefky melalui pesan suara, Kamis (14/4/2022).

Di sisi lain, tren pemulihan ekonomi domestik yang ditandai dengan peningkatan permintaan masyarakat diproyeksikan bakal mengoreksi torehan surplus neraca perdagangan mulai pertengahan tahun ini. Dengan catatan, harga komoditas andalan Indonesia kembali pada posisi normal di pasar dunia.

“Bukan karena kinerja ekspor kita yang turun tetapi karena impor kita yang naik drastis di beberapa bulan ke depan,” tuturnya.

Sebelumnya, Kementerian Perdagangan (Kemendag) menegaskan kinerja neraca perdagangan bakal tetap menguat di tengah sentimen geopolitik global hingga paruh pertama tahun ini. Kemendag tengah menjajaki peluang perluasan ekspor ke Amerika Serikat dan Uni Eropa setelah terbitnya larangan impor sebagian besar komoditas asal Rusia.

Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BP3) Kemendag Kasan mengatakan langkah itu dilakukan untuk menjaga kinerja neraca perdagangan tetap surplus di tengah beban inflasi dan ongkos perdagangan internasional yang relatif tinggi.

“Pangsa pasar Rusia di negara-negara tersebut merupakan peluang bagi produk ekspor Indonesia untuk diversifikasi pasar ekspor. Kemendag saat ini tengah menjajaki peluang pasar yang sebelumnya diisi produk Rusia,” kata Kasan melalui pesan WhatsApp, Kamis (14/4/2022).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper