Bisnis.com, JAKARTA - Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar mengalami kelangkaan di beberapa daerah di Indonesia, salah satunya di provinsi Riau. Kelangkaan ini bakal menimbulkan permasalahan.
Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menjelaskan kelangkaan suatu barang yang diikuti dengan permintaan yang juga meningkat, secara teoritis dapat bermuara pada peningkatan harga barang tersebut.
Indikasi ini, kata Yusuf, sudah terlihat dari meningkatnya harga produk solar yang dijual oleh Pertamina.
"Indikasi kenaikan harga solar juga sudah terlihat dari ancang-ancang Pertamina dalam rencananya menaikkan harga BBM. Jika sudah demikian, tentu hal ini akan berdampak pada tekanan inflasi. Apalagi secara historis, kenaikan harga BBM selalu berdampak pada kenaikan inflasi secara keseluruhan," kata Yusuf kepada Bisnis, Senin (28/3/2022).
Sebagai ilustrasi, pada Juni dan Oktober 2018 lalu inflasi terjadi karena Pertamina menaikkan harga Pertalite dan Pertamax lantaran pada saat itu harga minyak tengah meningkat.
Kondisi itu sangat mirip dengan tahun ini karena harga minyak global saat ini naik dan Pertamina perlu melakukan penyesuaian.
Berpotensi mengganggu alur distribusi barang
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman menyampaikan, apabila pasokan tidak mampu mengejar permintaan yang terus meningkat, terutama menjelang Ramadhan dan Lebaran serta pelonggaran mobilitas seiring kasus Covid-19 yang terus menurun, akan berpotensi mengganggu alur distribusi barang.
"Kelangkaan akibat terganggunya distribusi dapat mengganggu tidak hanya dalam hal pengiriman bahan baku, tapi juga produk barang jadi sehingga tekanan inflasinya akan dirasakan oleh produsen dan konsumen," kata Faisal kepada Bisnis, Senin (28/3/2022).
Oleh karena itu, menurut Faisal dan Yusuf, pemerintah perlu mengantisipasi hal tersebut dalam waktu dekat.
Antisipasi yang bisa dilakukan adalah memastikan pasokan aman dan distribusi lancar. Jadi, segala bentuk hambatan yang dapat mengganggu kedua hal tersebut harus segera diatasi.
Penataan distribusi solar perlu dipikir kembali
Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi menilai, kelangkaan solar disebabkan oleh kurangnya pasokan permintaan.
"Solusinya, pertamina harus menambah pasokan di SPBU. Agar tidak terjadi lagi kelangkaan solar, Pertamina harus memiliki buffer stock, yang dicadangkan untuk menambah pasokan saat terjadi peningkatan permintaan," ujarnya kepada Bisnis, Senin (28/3/2022).
Kedepannya, dia menganjurkan untuk memikirkan kembali penataan distribusi solar subsidi yang dilakukan BUMN atau perusahaan lain agar distribusi solar tak lagi dimonopoli. Pasalnya, struktur pasar monopoli menimbulkan inefisiensi dan pelayanan buruk kepada konsumen.