Bisnis.com, JAKARTA — Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) tengah gencar melakukan impor sejumlah produk benang seperti Polyester Drawn Textured Yarn (DTY), Partially Oriented Yarn (POY) dan Spin Drawn Yarn (SDY) akibat peningkatan harga minyak dunia awal tahun ini.
Direktur Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Elis Masitoh mengatakan impor produk benang itu dilakukan lantaran adanya peningkatan permintaan dari sektor hilir menjelang lebaran. Di sisi lain, reli kenaikan harga minyak dunia turut mengganggu lini produksi purified terephthalic acid (PTA) sebagai bahan baku polyester.
“Karena harga minyak dunia yang fluktuatif akhir-akhir ini maka industri tekstil sedang memilih untuk wait and see, karena khawatir jika bahan baku dibeli saat harga naik maka akan mengganggu cash flow industri tersebut,” kata Elis melalui pesan WhatsApp, Minggu (27/3/2022).
Pada Senin (21/03/2022), harga minyak jenis Brent berada di US$109,32/barel, meningkat 1,29 persen dari posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu. Sementara itu, minyak jenis Light Sweet atau WTI berada di level US$ 106,35/barel alias naik 1,58 persen.
Sebelumnya, harga minyak sempat turun enam hari beruntun pada perdagangan 9-16 Maret 2022. Selama periode tersebut, harga Brent anjlok 23,41 persen secara point-to-point dan WTI ambrol 23,17 persen. Setelah itu, harga komoditas tersebut naik dua hari perdagangan beruntun pada 17-18 Maret 2022. Dalam dua hari itu, harga Brent melesat 10,11 persen dan Light Sweet melonjak 10,16 persen. Tren itu masih bertahan hingga saat ini.
Kendati demikian, Elis menegaskan, sudah terjadi penurunan impor produk benang, kain dan tirai sepanjang 2019 hingga 2021. Menurut catatan Kemenperin, penurunan volume dan nilai impor produk benang, kain dan tirai dua tahun terakhir rata-rata mencapai 18,5 persen.
Baca Juga
“Jika kita melihat dari target substitusi impor di mana tahun 2021 untuk produk produk seperti benang, kain dan tirai sudah turun impornya rata-rata 18,5 persen,” tuturnya.
Sebelumnya, Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) tengah mengajukan perpanjangan tindakan pengamanan atau safeguard atas produk benang dari serat stapel sintetik dan artifisial, kain, tirai atau gorden, kerai dalam, kelambu tempat tidur dan barang perabot lainnya seiring dengan pelandaian pandemi Covid-19 pada awal tahun ini.
Wakil Ketua API Anne Patricia Sutanto mengatakan langkah itu diambil untuk menjaga momentum pemulihan industri tekstil dan produk tekstil (TPT) domestik seiring dengan meningkatnya kinerja ekspor negara kompetitor. Menurut Anne, industri tekstil di dalam negeri belum sepenuhnya memanfaatkan safeguard jilid pertama lantaran permintaan masyarakat yang anjlok selama pandemi dua tahun terakhir.
“Karena safeguard yang lalu kan akhir 2019, 2020 dan 2021 praktiknya permintaan domestik berkurang karena pandemi, sehingga belum sempat anggota API yang orientasi pasarnya domestik merasakan efek safeguard,” Anne melalui pesan WhatsApp, Minggu (27/3/2022).