Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rusia Ngamuk, Harga Minyak Ambruk!

Harga minyak kembali ambruk pada hari ini, Rabu (23/03/2022) akibat serangan Rusia ke Ukraina.
Pemandangan menunjukkan konvoi pasukan pro-Rusia saat konflik Ukraina-Rusia di luar kota Volnovakha yang dikuasai separatis di wilayah Donetsk, Ukraina, Sabtu (12/3/2022)./Antara-Reuters
Pemandangan menunjukkan konvoi pasukan pro-Rusia saat konflik Ukraina-Rusia di luar kota Volnovakha yang dikuasai separatis di wilayah Donetsk, Ukraina, Sabtu (12/3/2022)./Antara-Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak hari ini, Rabu (23/03/2022) kembali ambruk, setelah sempat naik pada hari sebelumnya. Fluktuasi harga minyak ini masih dipicu oleh ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina

Tercatat, harga minyak jenis Brent turun menjadi di level on US$115.10 per barrel. Sementara itu, harga minyak jenis light sweet atau WTI terkoreksi sebesar 0.73 persen sehingga berada di level US$ 111.30 per barel.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy telah mendesak Rusia untuk melakukan perjanjian damai. Namun, pasukan militer Rusia masih melanjutkan serangannya ke kota-kota di Ukraina. Pada Selasa (22/03/2022) Rusia menyerang dan membombardir Kota Mariupul, Ukraina, sehari setelah Mariupol menolak ultimatum Rusia untuk menyerah.

Serangan kota tersebut menyebabkan ratusan warga sipil terjebak dalam rumahn tanpa akses makanan, air bersih, listrik, dan pemanas yang cukup.

Wakil Walikota Mariupol, Sergei Orlov kota Mariupol telah diblokade dan tidak ada bantuan kemanusiaan.

"Kota tengah dibombardir bertubi-tubi. Kira-kira 50 sampai 100 bom dijatuhkan dari pesawat-pesawat Rusia. Banyak orang yang mati dan kehilangan. [Rusia] benar-benar penjahat perang yang mengerikan," ujar Orlov dikutip dari CNN International, Rabu (23/03/2022).

Serangan tersebut membuat negara-negara Barat berencana menambah sanksi bagi Rusia, termasuk embargo energi. Meski demikian, negara-negara Uni Eropa masih terpecah atau berbeda pendapat mengenai sanksi energi. 

Pasalnya, 40 persen kebutuhan gas Uni Eropa diimpor dari Negeri Beruang Merah itu. Beberapa anggota Uni Eropa tidak sabar dan ingin segera menjatuhkan sanksi bagi Rusia, seperti Menteri Luar Negeri Lithuania Gabrielius Landsbergis.

"Untuk apa Uni Eropa membiarkan Putin memperoleh banyak uang dari migas? Dan lebih banyak waktu untuk menggunakan pelabuhan-pelabuhan di Uni Eropa? Lebih banyak waktu untuk mengoperasikan bank-bank Rusia di Eropa? Sudah saatnya kita bertindak," tegas Landsbergis.

Namun, pemerintah Jerman dan Belanda tidak sepakat. Menurut mereka, menghentikan impor migas dari Rusia secara mendadak tidak mungkin dilakukan.

"Keputusan untuk mengembargo [minyak Rusia] bukan terletak pada kita mau atau tidak, melainkan seberapa bergantung kita padanya. Jerman banyak mengimpor minyak Rsuaia, tetapi banyak juga negara anggota yang tidak bisa mengentikan impor," ujar Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock.

Sementara itu, seorang diplomat Uni Eropa berharap agar Eropa segera menemukan alternatif energi lainnya pada bulan Juni agar bisa memutuskan untuk menjatuhkan sanksi bagi Rusia.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper