Bisnis.com, JAKARTA - Sekitar 80 perusahaan global menunda penerbitan surat utang akibat perang Rusia vs Ukraina yang telah mengguncang pasar hampir sebulan belakangan.
Dilansir Bloomberg pada Senin (21/3/2022), setengah dari perusahaan-perusahaan itu berasal dari AS dan telah menunda US$25 miliar kesepakatan sejak dimulainya perang sebulan yang lalu.
“Telah terjadi guncangan hebat terhadap kepercayaan investor sejak invasi ke Ukraina, karena sanksi telah diterapkan pada Rusia, dan harga komoditas melonjak,” ujar Susannah Streeter, analis investasi dan pasar senior Hargreaves Lansdown Plc.
Produsen mobil listrik terbesar Tesla Inc., ikut membatalkan rencana pembiayaan setelah menunda penawaran obligasi senilai US$1 miliar yang didukung oleh sewa kendaraannya pada minggu lalu.
Sikap waspada menjalar ke India, di mana Mumbai International Airport Ltd., belum lama ini menunda kesepakatan obligasi berdenominasi dolar.
Perusahaan Amerika yang berbasis di Connecticut, SS&C Technologies Holdings Inc. menyetop buyout loan atau sering disebut pembelian pinjaman konsumen pada Rabu.
Sementara itu, Trocafone SA asal Brasil juga gagal melakukan initial public offering (IPO). Lebih dari US$18 miliar dari kesepakatan yang ditunda terdiri dari pembiayaan utang, termasuk obligasi, pinjaman, dan efek beragun aset. Sedangkan sisanya berupa merger, akuisisi, dan penawaran umum perdana.
Peperangan ini juga telah menyebabkan pembuat keputusan di Eropa tidak yakin terhadap prospek merger, akuisisi, dan pencatatan saham senilai US$300 miliar ke depannya.
Bloomberg mencatat adanya penurunan sebesar 74 persen pada pencatatan ekuitas global dan turunnya 28 persen penerbitan obligasi korporasi pada tahun ini.
Penerbit dari kawasan Asia kembali ke pasar obligasi dolar mulai melihat kepastian setelah kenaikan suku bunga acuan oleh Federal Reserve. Salah satunya dengan Hyundai Heavy Industries Co. Ltd dari Korea Selatan yang tengah mencari utang yang berkelanjutan.