Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PLN Pakai Bonggol Jagung untuk Cofiring Bahan Bakar PLTU Jeneponto

PT PLN pakai bonggol jangung sebagai alternatif campuran batu bara (cofiring) untuk bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Punagaya di Jeneponto, Sulawesi Selatan.
Petani memegang jagung hasil panen di Desa Warureja, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Jumat (16/6)./Antara-Oky Lukmansyah
Petani memegang jagung hasil panen di Desa Warureja, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Jumat (16/6)./Antara-Oky Lukmansyah

Bisnis.com, JAKARTA - PT PLN (Persero) berkomitmen untuk menurunkan emisi guna mewujudkan transisi energi. Oleh karena itu, PLN memanfaatkan bonggol jangung sebagai alternatif campuran batu bara (cofiring) untuk bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Punagaya di Jeneponto, Sulawesi Selatan.

Munawwar Furqan, General Manager PLN UIKL Sulawesi, memaparkan PLTU Punagaya berkapasitas 2 x 100 MW adalah salah satu PLTU dalam sistem kelistrikan Sulawesi Bagian Selatan yang menerapkan cofiring. PLTU Punagaya memanfaatan limbah domestik berupa bonggol jagung sebagai bahan bakar alternatif campuran batu bara untuk meningkatkan kualitas produksi listrik serta rantai pasok energi primer pada PLTU.

“PLN terus fokus dalam transisi energi melalui peningkatan bauran energi baru terbarukan dalam porsi pengembangan pembangkit kedepannya, selain itu PLN juga menerapkan green booster yang meliputi implementasi cofiring pada PLTU,” urai Munawwar.

PLTU Punagaya memanfaatkan limbah domestik berupa bonggol jagung penerapan program cofiring. Bonggol jagung diolah sedemikian rupa untuk dijadikan bahan campuran batu bara dengan komposisi perbandingan 5:95.

“Program cofiring PLTU Punagaya ini telah berlangsung sejak 10 Februari 2021 dan berhasil memanfaatkan kurang lebih 77,5 ton limbah domestik masyarakat di sekitar PLTU, harapan kami adalah supply chain bahan baku bonggol jagung sebagai bahan bakar alternatif campuran batu bara dapat terjaga,” jelasnya.

Munawwar juga menyebutkan, upaya penerapan cofiring tersebut menyebabkan turunnya nilai emisi karbon hingga 121.869 ton CO2 dalam setahun sejak 2020 sampai 2021. Angka penurunan di atas sesuai dengan capaian intensitas emisi PLTU Punagaya pada tahun 2021 yakni 1,002 ton CO2 per MWh atau lebih rendah dari Nilai Batas Atas (Cap) PLTU yang telah ditetapkan oleh kementrian ESDM yakni sebesar 1,013 ton CO2 per MWh.

Menurutnya, angka penurunan ini diperoleh dari konsistensi PLN dalam menerapkan pola operasi yang baik pada pembangkitnya serta diterapkan metode cofiring pada PLTU Punagaya #1 yang memberikan dampak bagi penurunan emisi karbon.

“PLN Punagaya juga berhasil melakukan Trading karbon kebeberapa Pembangkit PLTU milik PLN Lainnya,” ujarnya.

Untuk menjaga rantai pasok bonggol jagung, PLN bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Jeneponto dengan menggandeng masyarakat lokal setempat.

“Tujuan dari kerjasama tersebut adalah memanfaatkan limbah domestik masayarakat yang masih memiliki nilai ekonomis hingga pada akhirnya limbah domestik memiliki manfaat sebagai bahan bakar campuran batu bara,” tandas Munawwar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper