Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Waduh! Harga Batu Bara Anjlok Hampir 12 Persen, Ada Apa?

Harga batu bara termal acuan global Newcastle anjlok hampir 12 persen minggu lalu.
Proses pemuatan batu bara ke tongkang di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu (13/10/2021). Bloomberg/Dimas Ardian
Proses pemuatan batu bara ke tongkang di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu (13/10/2021). Bloomberg/Dimas Ardian

Bisnis.com, JAKARTA - Harga batu bara termal acuan global Newcastle anjlok hampir 12 persen minggu lalu. Dilansir dari data Refinitiv, Jumat (11/03/2022), menunjukkan harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) ditutup pada level US$361,65/ton, harga ini turun 1,7 persen dibandingkan sehari sebelumnya.

Dalam sepekan, batu bara amblas 11,96 persen dari US$418,75 per metrik ton pada Jumat (04/03/2022) pekan sebelumnya. Harga penutupan Jumat pekan lalu juga semakin menjauh dari rekor tertingginya pada Rabu (02/03/2022) di level US$446/ton.

Selama perdagangan batu bara, pekan lalu, perdagangan batu bara dibuka sangat meyakinkan dengan naik 6,9 persen pada Senin (07/03/2022) di angka US$435/ton. Tetapi, harganya merosot 2,1 persen pada perdagangan hari berikutnya. Harga batu bara sempat naik tipis 0,3 persen pada Rabu (9/3/2022) sebelum amblas 13,8 persen pada Kamis (10/3/2022) dan turun 1,7 persen pada perdagangan Jumat (11/03/2022).

Meskipun harga batu bara anjlok pada pekan lalu, dalam sebulan terakhir harga batu bara masih mencatatkan lonjakan 53,6 persen secara point-to-point. Selama setahun terakhir, harga melambung 309,6 persen.

Mamit Setiawan, Direktur Eksekutif Energy Watch menyatakan penurunan harga batu bara pekan lalu akibat pasar sudah mulai khawatir dengan tingginya harga batu bara mengingat harganya telah menyentuh faktor psikologis.

"Kenaikan harga di atas US$400/ton di luar perkiraan semua analis sepanjang 2022 ini karena kemarin-kemarin gencarnya akan dikembangkan terkait energi bersih. Bahkan di beberapa negara Eropa sudah tidak menggunakan batu bara lagi," terang Mamit, kepada Bisnis, Senin (14/03/2022).

Lebih lanjut, Mamit memperkirakan harga batu bara ke depan akan tetap mengalami peningkatan karena permintaan yang masih cukup tinggi di tengah terganggunya pasokan dari Rusia.

Alasannya, Rusia adalah pemasok batu bara termal terbesar di Uni Eropa, bahkan tahun lalu jika mengacu data dari Eurostat, Rusia memasok sebesar 36 juta ton batu bara termal yang setara dengan 70 persen dari total impor batu bara termal di Uni Eropa. Sehingga ketergantungan terhadap batu bara Rusia meningkat dan pangsa pasar Rusia pun tumbuh secara substansial.

Selain persoalan Rusia, pasokan batu bara diperkirakan akan terganggu karena banjir di Australia dan kebijakan pemenuhan kebutuhan dalam negeri (DMO) dari Indonesia.

Sebagaimana diketahui, pertambangan batu bara di wilayah lembah Hunter utama di New South Wales (NSW) terendam banjir setelah hujan lebat yang terjadi pada awal pekan lalu sehingga diyakini akan mengurangi pasokan batu bara dunia.

“Sebagai negara yang mengekspor batu bara yang cukup besar di dunia, saya kira pasti dunia akan melirik batu bara Indonesia karena saat ini harapan mereka ya tinggal Indonesia di tengah kondisi Australia yang sedang banjir. Mau ke negara lain seperti Afrika Selatan, Kanada, Kolombia jumlah ekspor mereka tidak signifikan,” tutup Mamit.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper