Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Softbank Cabut dari IKN, Ekonom Sarankan Hal Ini

Pemerintah diminta mencari investor lain untuk proyek IKN agar tidak membebani anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN).
Presiden Joko Widodo menerima kunjungan CEO SoftBank Group Masayoshi Son (tengah) dan Mantan PM Inggris Tony Blair di Istana Merdeka. Salah satu pembahasan dalam pertemuan adalah soal rencana pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, Jumat (28/2/2020)/Bloomberg-Dimas Ardian
Presiden Joko Widodo menerima kunjungan CEO SoftBank Group Masayoshi Son (tengah) dan Mantan PM Inggris Tony Blair di Istana Merdeka. Salah satu pembahasan dalam pertemuan adalah soal rencana pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, Jumat (28/2/2020)/Bloomberg-Dimas Ardian

Bisnis.com, JAKARTA — Pencarian investor lain pengganti SoftBank Group dinilai sebagai langkah paling rasional agar proyek pembangunan ibu kota baru negara atau IKN tidak menjadi beban bagi APBN.

Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Mohammad Faisal sebagai respons atas batalnya investasi SoftBank ke proyek IKN. Sekadar informasi, sebelum memutuskan menarik diri dari proyek IKN Softbank, menyatakan komitmennya untuk investasi sebesar berkisar US$30—US$40 miliar.

Menurut Faisal, pemerintah perlu mencari investor lain untuk proyek IKN agar tidak membebani anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). Adanya target tahap awal IKN untuk rampung pada 2024 membuat APBN akan menanggung biaya pembangunannya, jika belum kunjung ada investor.

"Karena APBN sendiri punya banyak beban yang lain, yang mungkin bisa juga membengkak pada saat sekarang. Jawabannya, mau tidak mau ya harus mencari investor lain yang besar, dan ini tantangan besar dan sulit karena waktunya sempit," ujar Faisal kepada Bisnis, Minggu (13/3/2022) petang.

Menurutnya, sulit untuk mencari investor yang mau menanamkan dananya di proyek IKN saat ini. Meningkatnya risiko geopolitik, seperti dari Rusia dan Ukraina serta ancaman lainnya membuat ketidakpastian ekonomi cukup kuat.

Sementara itu, IKN sebagai proyek jangka panjang dan strategis membutuhkan iklim kepastian yang baik. Faisal menilai bahwa jika pemerintah bersikukuh ingin melanjutkan proyek IKN maka harus ada upaya maksimal mencari investor selain SoftBank.

"Kemungkinan besar ya memang masih membebani APBN, mau tidak mau, karena kan sudah dicanangkan harus jadi ya. Artinya satu proyek besar, mengamankan pembiayaan dari awal menjadi sangat krusial," katanya.

Sementara itu, Ekonom dan Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menyarankan agar pemerintah menunda proyek IKN terlebih dahulu. Saat ini, kondisi ekonomi tidak memungkinkan untuk menjalankan proyek sebesar itu, apalagi dengan terburu-buru.

"Saya justru usul tunda dulu pembangunan IKN karena menyiapkan proposal teknis ke investor tidak bisa dalam waktu singkat. Situasi dan kondisi ekonominya juga lagi enggak support investor asing," ujar Bhima kepada Bisnis, Minggu (13/3/2022).

Sepert dilansir dari Nikkei Asia, pada Sabtu (12/3/2022) Softbank mengumumkan pembatalan investasi di proyek IKN. Tidak ada rincian alasan pembatalan investasi itu, tetapi manajemen SoftBank menyatakan tetap mendukung pengembangan perusahaan rintisan di Indonesia.

"Kami tidak lagi berinvestasi pada proyek tersebut, tetapi kami akan tetap melanjutkan investasi di Indonesia melalui portofolio kami pada SoftBank Vision Fund," tertulis dalam keterangan resmi SoftBank.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper