Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani membeberkan penerbitan obligasi hijau atau green bonds memiliki tantangan yang lebih besar dibandingkan dengan obligasi konvensional.
Dalam menerbitkan green bonds, kata dia, akan ada proses meyakinkan pasar bahwa proyek yang mendasari obligasi tersebut adalah proyek yang benar-benar hijau.
“Itu adalah biaya tambahan untuk mengeluarkan instrumen semacam ini,” katanya dalam acara IFF Sustainable Finance Summit, Kamis (10/3/2022).
Di samping itu, Sri Mulyani mengatakan regulator pun harus merumuskan kebijakan untuk memberikan insentif pembiayaan, dikarenakan pasar untuk obligasi hijau belum tercipta dan belum efisien.
“Jadi pertanyaannya, kerangka regulasi dan kebijakan seperti apa yang dapat mengungkit sehingga pembiayaan ini, yang sebenarnya sangat potensial secara global, namun belum terwujud,” tuturnya.
Dia mengatakan, pasokan dan permintaan untuk obligasi hijau memang ada, namun belum menjadi kebutuhan di pasar.
Baca Juga
Dia menekankan, dalam mengatasi masalah perubahan iklim dan untuk mendorong ekonomi berkelanjutan, akses keuangan tentu menjadi sangat penting, termasuk akses teknologi, khususnya bagi negara berkembang.
Terlebih lagi, saat ini dunia menghadapi peningkatan tensi geopolitik global, yang dinilai akan menjadi tantangan dalam mendorong ekonomi hijau.
Dalam hal ini, kata dia, negara G20 memegang peranan yang sangat penting, karena negara G20 menjadi penyumbang CO2 terbesar di dunia.