Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Minyak Diproyeksi Betah 'Nangkring' di Level US$100 per Barel hingga Akhir 2022

Pasar minyak diperkirakan akan semakin ketat dan harga minyak akan menuju US$100 per barel untuk jangka panjang selama 6 - 10 bulan ke depan.
Kilang minyak lepas pantai di Skotlandia/Bloomberg-Jason Alden
Kilang minyak lepas pantai di Skotlandia/Bloomberg-Jason Alden

Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan perdagangan komoditas terbesar dari Belanda Vitol meyakini harga minyak akan menuju US$100 per barel untuk jangka panjang selama 6 - 10 bulan ke depan.

Chief Executive Officer Vitol Group Russell Hardy mengatakan harga minyak mentah sudah melonjak hingga beberapa dolar dari level itu pada awal bulan ini karena pemulihan penggunaan bahan bakar dari pandemi mulai mengalami kendala pasokan.

Dalam sebuah wawancara dengan televisi Bloomberg, orang nomor satu di perusahaan perdagangan minyak independen ini mengatakan pasar minyak akan semakin ketat.

Hal ini lantaranya konsumsi harian mulai meningkat di atas tingkat sebelum pandemi hingga akhir 2022.

"[Konsumsi] 100 juta barel mungkin akan lebih [dari itu] pada tahun ini. Permintaan akan meningkat pada paruh kedua," ungkap Hardy, dilansir Bloomberg pada Senin (21/2/2022).

Sejumlah pemain besar di pasar minyak berkumpul di London dalam acara International Energy Week. Industri ini masih bergulat dengan konsekuensi dari kemerosotan harga minyak sejak awal pandemi.

Sementara itu, suplai energi sedang berjuang di tengah pemulihan ekonomi yang kuat. Sejumlah anggota OPEC+ tidak mampu membuka kembali semua produksi yang mereka hentikan pada 2020.

Banyak perusahaan, dari produsen shale AS hingga pemain besar global, fokus memberikan keuntungan kepada pemegang saham alih-alih meningkatkan produksi.

Hal itu menyebabkan kenaikan harga minyak yang mengerek inflasi. Situasi tersebut mengancam akan menggagalkan pemulihan ekonomi global dan menimbulkan krisis biaya hidup bagi jutaan orang.

“Diperlukan lebih banyak minyak mentah. [Dengan permintaan harian yang meningkat pada akhir tahun ini menjadi 1 juta atau 2 juta barel per hari], seluruh sistem akan cukup ketat,” kata Hardy.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nindya Aldila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper