Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak dunia pada perdagangan akhir pekan lalu mengalami pergerakkan yang tidak stabil, akibat pengaruh prospek peningkatan ekspor minyak Iran dan menurunnya kekhawatiran potensi gangguan pasokan akibat krisis Rusia-Ukraina.
Melansir barchart, Senin (21/02/2022) harga minyak West Texas Intermediate (WTI) AS justru turun 69 sen atau 0,75 persen ke level US$ 91,33 per barel. Sementara minyak Brent naik 57 sen atau 0,6 persen ke harga US$ 93,73 per barel.
Kekhawatiran terhadap kemungkinan gangguan pasokan akibat kehadiran militer Rusia di perbatasan Ukraina telah membatasi kerugian minggu ini.
"Untuk semua pembicaraan tentang perang dan konflik, pelaku pasar tetap tidak yakin. Ini mungkin mengapa premi risiko geopolitik mulai berkurang," kata Stephen Brennock, analis dari PVM Oil, Senin (21/02/2022).
Harga minyak sempat melesat ke level tertinggi selama 7 tahun pada hari Senin pekan lalu. Tetapi prospek pelonggaran sanksi minyak terhadap Iran telah menetapkan harga di jalur untuk penurunan mingguan pertama mereka dalam sembilan minggu.
Brent membukukan kenaikan tipis 0,9 persen dalam kenaikan minggu kesembilan berturut-turut sementara WTI jatuh 1,7 persen minggu ini.
Baca Juga
"Namun, kesepakatan yang terbentuk untuk menghidupkan kembali perjanjian nuklir Iran 2015 dengan kekuatan dunia menjabarkan fase langkah bersama untuk membawa kedua belah pihak kembali ke kepatuhan penuh, dan yang utama tidak termasuk keringanan sanksi minyak," ujar para diplomat.
Sebelumnya, Iran menaikkan prospek pendapatan negara dari ekspor minyak hingga sepertiga dari rencana anggarannya pada 2023.
Ekspor minyak Iran dalam 12 bulan hingga akhir periode Maret 2023 diprediksi mencapai sekitar 4,84 kuadriliun rial atau setara US$ 115 miliar (Rp 1,65 kuadriliun) berdasarkan nilai tukar pemerintah tetap.