Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Untung Rugi Indonesia di Tengah Panasnya Konflik Rusia & Ukraina

Kenaikan harga komoditas akibat konflik Rusia dan Ukraina bisa menguntungkan, namun juga mengandung risiko.
Ilustrasi - Sebuah kapal tongkang pengangkut batu bara melintas di Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan, Jumat (14/1/2022). /Antara Foto-Nova Wahyudi
Ilustrasi - Sebuah kapal tongkang pengangkut batu bara melintas di Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan, Jumat (14/1/2022). /Antara Foto-Nova Wahyudi

Bisnis.com, JAKARTA – Memanasnya tensi geopolitik antara Rusia, Ukraina dan negara-negara pendukungnya ibarat pisau bermata dua bagi perekonomian Indonesia.

Menurut Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana, Indonesia akan cenderung diuntungkan bila nantinya negara-negara di dunia menjatuhkan sanksi kepada Rusia.

“Sektor energi, terutama migas dan batu bara akan menguntungkan Indonesia. Rusia merupakan eksportir gas utama ke Uni Eropa. Misal ada eskalasi konflik hingga mereka kena sanksi, otomatis kebutuhan ini akan ditutup dari sumber lain. Indonesia bisa diuntungkan,” tutur Wawan ketika dikonfirmasi Bisnis, Rabu (9/2/2022).

Namun, Wawan juga menggarisbawahi bila peran pemerintah akan sangat penting untuk dapat memastikan stabilitas perekonomian terjaga. Pasalnya, sanksi tersebut juga bisa berimbas pada kenaikan harga komoditas yang akan mengerek inflasi terlalu tinggi.

“Sebetulnya harga komoditas yang naik positif untuk pertumbuhan ekonomi. Tetapi kenaikan arga energi juga bisa membuat inflasi meningkat apabila tidak dikontrol oleh pemerintah.”

Pandangan Wawan tersebut mempertegas penilaian Tim Riset Bloomberg Intelligence pekan lalu. Mereka memperkirakan eksalasi politik yang tidak terkontrol berpotensi menimbulkan efek kupu-kupu terhadap kenaikan harga komoditas.

Minyak dan gas, gandum, nikel dan industri logam termasuk alumunium, hingga batu bara adalah beberapa komoditas yang diramal terus naik apabila ketegangan memburuk.

“Krisis ini bisa menimbulkan efek kupu-kupu ke berbagai komoditas. Ketika sanksi diberikan [kepada Rusia], hambatan pasokan energi bisa membuat kekurangan pangan dan membuat harga-harga naik,” tulis riset tersebut.

Mendidihnya tensi antara Rusia dan Ukraina dalam sepekan terakhir bermula dari langkah Rusia mengumpulkan sekitar 110.000 bala tentara di perbatasan Ukraina.

Dalam bocoran informasi kepada media, para pejabat tinggi Amerika Serikat (AS) meyakini Rusia berencana melakukan invasi skala besar pada pertengahan Februari ini.

Belakangan, pemerintah Rusia membantah dugaan yang dilontarkan Negeri Paman Sam. Namun, kekawairan tetap tidak surut lantaran pihak Ukraina membenarkan bahwa ada kemungkinan Putin dan komandonya memang akan melakukan serangan besar-besaran.

Bila invasi dilakukan oleh Rusia, AS memperkirakan pusat pemerintahan Rusia bisa tumbang hanya dalam kurun 48 jam. Oleh karena itu beberapa negara seperti Jerman, Perancis, termasuk AS tengah melakukan berbagai usaha dalam rangka menghindari bencana tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper