Bisnis.com, JAKARTA – Perdagangan antara negara Asia Pasifik tumbuh lebih dari 31 persen pada kuartal I/2021. Hal ini menunjukkan keberhasilan kawasan ini dalam menghadapi ujian pandemi yang mengguncang rantai pasok.
Asian Development Bank (ADB) menyatakan pertumbuhan perdagangan terjadi setelah adanya kontraksi sebesar 3 persen pada periode yang sama tahun sebelumnya. Perdagangan antara Asia mencapai 58,5 persen dari total perdagangan kawasan pada 2020, yang tertinggi dalam tiga dekade.
Keberhasilan dalam menahan penyebaran virus dan cepatnya gerakan vaksinasi di negara-negara ekonomi utama Asia menjadikan kawasan ini sebagai pusat barang-barang medis dan konsumen.
Kawasan ini juga berhasil mencetak pertumbuhan ekspor ketika negara-negara lain dibuka kembali dan memulihkan permintaan, kata ADB.
Perjanjian perdagangan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) yang baru diharapkan dapat meningkatkan prospek perdagangan lebih lanjut.
"Rantai pasok Asia menjadi semakin tangguh dibandingkan dengan negara maju," ungkap Ekonom Utama ADB Jong Woo Kang, dilansir Bloomberg pada Rabu (9/2/2022).
Baca Juga
Asia Pasifik juga mampu menjaga tekanan inflasi yang meluas di wilayah tersebut, kecuali lonjakan harga pangan yang terjadi secara sporadis.
Investasi asing langsung (FDI) di kawasan ini tercatat tetap tangguh dan hanya turun 1,3 persen pada 2020 dibandingkan dengan penurunan 35 persen secara global.
Sejumlah sektor menjadi kontributor utama bagi kawasan ini, seperti layanan digital yang utamanya digerakkan oleh fintech, sistem pembayaran, data processing, dan komputasi awan. Sektor ini berhasil menyumbang hingga seperempat dari FDI kawasan ini sejak 2003.
"Penguatan perdagangan dan rantai pasok yang berhubungan dengan ekonomi di Asia dan Pasifik menunjukkan tanda pemulihan yang kuat dari Covid-19," kata Kepala Ekonom ADB Albert Park dalam kesempatan berbeda.
Kendati demikian, mobilitas masih menjadi kekhawatiran karena penyebaran virus terus berlanjut yang menghambat alur pekerja migran dan wisatawan.
Namun, pengiriman uang atau remitansi diperkirakan tumbuh hingga 2,5 persen pada tahun lalu, didukung oleh kenaikan saluran digital dan depresiasi mata uang di negara asalnya.