Bisnis.com, JAKARTA – PT Pertamina (Persero) menyiapkan sejumlah strategi untuk bisa mencapai target 17 persen portofolio energi hijau dari seluruh bisnis energinya di 2030.
Iman Rachman, Direktur Strategi, Portofolio, dan New Venture Pertamina, mengatakan perseroan telah mengembangkan sejumlah proyek untuk mewujudkan ekonomi hijau di sektor energi.
“Untuk mendukung pertumbuhan EBT [energi baru dan terbarukan], Pertamina mengembangkan beberapa proyek dan langkah strategis guna mewujudkan energi dan ekonomi hijau,” katanya, Selasa (8/2/2022).
Dia menuturkan, ada delapan inisiatif yang akan dijalankan pertamina untuk mencapai target 17 persen portofolio energi hijau di 2030.
Pertama, Pertamina mempelopori peningkatan penggunaan energi panas bumi di Indonesia dari 672 megawatt (MW) di 2020, menjadi 1.128 MW di 2026.
Kedua, Pertamina engembangkan produksi hidrogen ramah lingkungan di Indonesia yang akan memanfaatkan listrik dari lapangan panas bumi Pertamina. Pengembangan green hydrogen itu akan dimulai di Pembangkit Geothermal Ulubelu untuk digunakan di Pabrik Polypropylene Kilang Plaju.
Baca Juga
Ketiga, berkolaborasi dengan Inalum, Antam, PLN, dan perusahaan baterai untuk melakukan pengembangan produksi baterai mobil listrik atau electric vehicle (EV) dengan target produksi sebanyak 140 giga watt hour (GWh) di 2029.
Keempat, Pertamina akan bekerja sama dengan PT Bukit Asam Tbk. sebagai produsen batu bara untuk mengubah materi batu bara menjadi metanol yang dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif.
Kelima, pengembangan green refinery dengan produk-produk energi hijau, seperti green diesel dan green avtur yang akan dilakukan Pertamina pada 2025.
Keenam, Pertamina juga mengembangkan proyek biomassa menjadi biogas dan bioetanol di Sei Mangkei.
Dengan potensi besar Mikroalga di perairan luas Indonesia yang mampu memproduksi Algae terbesar ke-3 di kawasan Asia Pasifik, Pertamina akan menjadikan mikroalga sebagai bahan untuk memproduksi biofuel.
“Pertamina telah berhasil mengembangkan fasilitas 5.000 liter mikroalga photobioreactor, serta sedang berjalan untuk mencapai skala komersial budi daya dan produksi pada 2025,” ujarnya.
Ketujuh, Pertamina melakukan pendekatan inklusif circular carbon economy dengan mengaplikasikan carbon, capture, utilization and storage atau CCUS pada beberapa lapangan migas, dan memanfaatkan karbon untuk enhanced oil recovery (EOR) untuk meningkatkan produksi.
Kedelapan, Pertamina mengembangkan energi listrik dengan monetisasi aset panas matahari di wilayah dengan radiasi matahari tinggi, serta menjalin kemitraan strategis untuk pembuatan panel surya.
“Pertamina memiliki komitmen kuat pada pengembangan EBT. Dalam RJPP, Pertamina telah menetapkan target EBT di 2035 porsinya mencapai 30 persen. Dengan delapan inisiatif tersebut, target lebih mudah tercapai,” imbuhnya.