Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengemukakan peternak telur ayam ras tetap mengalami kerugian sepanjang 2021, meski harga telur di pasaran sempat merangkak naik pada pengujung tahun lalu.
Lutfi mengatakan peternak ayam telur biasanya menikmati kenaikan harga jual pada momen Ramadan dan Nataru setiap tahunnya. Tetapi, Ramadan-Lebaran dan idulfitri tahun ini harga telur cenderung turun karena imbas dari pembatasan mobilitas yang menyebabkan permintaan turun.
Selain harga jual yang rendah, para peternak juga dibebani oleh biaya produksi yang tinggi. Harga jagung dan pakan terpantau stabil di atas acuan dalam setahun terakhir.
"Saya terus terang merasa kasihan sama peternak telur kita. Ketika mereka sempat mencapai harga Rp32.000 per kilogram, kalau dirata-ratakan harga 202, petani telur kita rugi besar karena rata-rata harga tidak sampai Rp24.000 per kg sesuai acuan dan pada saat yang sama ongkos memelihara ayam petelur naik," kata Lutfi di Jakarta, Rabu (12/1/2022).
Lutfi memperkirakan harga telur pada awal 2022 akan kembali turun, seiring dengan normalisasi permintaan dan pasokan yang cukup tinggi. Surplus pada komoditas telur dia sebut merupakan dampak dari alokasi impor bibit ayam petelur yang ditetapkan dua tahun lalu.
"Ini ketakutan kita harga akan turun lagi di bawah Rp24.000 per kg. Dan memang permasalahan telur ini masalah 104 minggu lalu, jadi urusan dua tahun lalu," kata dia.
Mengutip laporan Kemendag, rata-rata harga telur ayam ras secara nasional per Selasa (11/1/2022) sebesar Rp29.600 per kg, turun 0,34 persen daripada harga sehari sebelumnya dan turun 0,67 persen daripada harga pekan lalu.
Harga tertinggi terdapat di Maluku yang mencapai Rp40.500 per kg dan terendah di Yogyakarta sebesar Rp22.500 per kg.